Menanti Runtuhnya Apple

Membahas Apple memang selalu menarik mengingat cara ia berbisnis tergolong unik, untuk kata lain 'nyeleneh'. Kalau boleh dibilang, bisnis apple adalah bisnis 'boom' atau bisnis yang mengandalkan penetrasi bombastis singkat, dilakukan secara periodik dengan memanfaatkan buzz pendukung dan brand image yang telah tertanam dalam jangka panjang. Untuk produk elektronik dengan tingkat perkembangan sangat pesat, saya pikir strategi Apple ini tidak akan bertahan lama.

Saya melihat bahwa strategi Apple untuk menjadi beda ini kadang terasa over, dalam arti, tampil beda itu dilakukan hampir dalam segala hal. Mungkin kita masih ingat kabar beberapa waktu yang lalu dimana pabrikan ponsel besar bersatu untuk bareng - bareng membuat charger ponsel yang sama. Dari sisi efisiensi, tentu charger yang sama untuk semua merk HP memudahkan bagi produsen maupun konsumen. Selain itu, dampak lingkungan akibat proses fabrikasi maupun sampah paska penggunaan bisa dibatasi mengingat charger reusable untuk produk apa saja. Bisa dibilang, pabrikan tidak perlu lagi mengurusi pembuatan charger. Mereka bisa benar - benar fokus membuat HP yang bagus.


Dalam kesepakatan bersama itu, Apple tidak ada. Apa yang dipikirkan Apple? Tampil beda? Apakah Apple sudah tidak ada inovasi baru hingga charger saja harus diupayakan untuk beda? Sungguh bagi saya, keputusan Apple itu berlebihan. Lebih banyak minusnya daripada plusnya.

Faktor kedua. Inovasi dalam hal teknologi itu mudah ditiru. Salah besar jika orang berpendapat layar sentuh Apple itu yang pertama. Konsep Apple hadir setelah LG Prada. Bisa dibilang, LG Prada adalah pioneernya. Hal kedua yang membuat Apple tersandung adalah sistem rendering layarnya. Sebuah perusahaan tidak terima dengan Apple dan menuntut karena engginenya digunakan tanpa lisensi padahal pabrikan - pabrikan besar lain membayar lisensinya. Lebih jauh terkait teknologi, Apple bisa meniru yang lain, dan yang lainpun bisa meniru Apple. Inovasi dalam hal teknologi punya rentang ekonomis yang singkat.

Faktor ketiga, Apple lambat melansir produk baru. Produk yang jarang - jarang itu memang menarik atensi dan menimbulkan buzz, tapi jika menilik cepatnya teknologi berkembang, rate produksi Apple tidak berjalan mengimbanginya. Apple bisa dibilang jalan dibawah rate yang seharusnya untuk sebuah perangkat elektronik. Dengan margin tinggi dan teknologi yang tertinggal, paska masa panen, pembeli Apple praktis hanyalah budak merek atau korban buzz imaging brand yang biasanya bangga saat berkata,"Repot, obsolete ndak papa, yang penting Apple". Pada kenyataannya, seawet apapun produk, selama era teknologinya terlewati, secara fungsionalitas ia inferior. Dalam tataran persaingan gadget canggih, penentu produk masih layak jual (di kelas tsb) atau tidak bukan karena ia mahal atau masih layak dipakai, tapi lebih menyangkut regenerasi produk berteknologi baru yang muncul kemudian.

Faktor selanjutnya adalah segmen yang niche. Dalam hal apapun, kelompok kecil biasanya lebih solid dan punya solidaritas kelompok yang tinggi. Itu pula yang terjadi pada Apple, madura perantau, padang perantau, bahkan WNI keturunan. Saat rasa bangga kelompok itu tetap niche dan tergroup dalam jumlah kecil, tidak ada masalah. Mayoritas maklum - maklum saja. Tapi jika mulai ke tataran lebih besar, tantangan bertambah. Yang terbentuk bukan lagi pendukung - netral, tapi menjadi pendukung (yang bertambah) - menolak juga banyak, dan hanya menyisakan sedikit yang netral. Dengan kalimat yang mudah, Apple tetap akan memiliki image Apple, tanpa cacat, hanya jika ia tetap melayani dan memaintain yang berjumlah sedikit. Melangkah lebih jauh, ada kemungkinan image itu rusak karena buzz negatif resistensi pendukung produk lain.

Dengan beberapa hal diatas, saya kira konsep bisnis Apple bukan cara ideal untuk mampu leading marathon jangka panjang. Ia timbul tenggelam secara periodik dan benar - benar bersandar pada inovasi dan imaging brand. Benar - benar butuh seorang inovator visioner untuk tetap berjalan di rel yang tepat. Dengan kondisi kesehatan CEO yang tidak begitu bagus, nampaknya nama Apple sedikit demi sedikit akan mulai hilang dari perbincangan internet kita. Paling tidak untuk satu tahun ini. Dengan inovator - inovator muda, produk multivarian, plus rantai distribusi yang solid di seluruh dunia, kompetitor Apple nampaknya punya nafas lebih panjang dibanding Apple dengan produknya yang terbatas plus distribusi Apple Storenya.
Jika anda tertarik dengan artikel – artikel di blog ini, silahkan berlangganan gratis via RSS Feed, atau jika anda lebih suka berlangganan via email, anda bisa mendaftar di Sini.

6 komentar:

Anonymous said...
Alow... Pernah pake produk Apple??

Saya senang dengan Apple lebih karena Apple bener2 menganggap konsumennya layak diberi kualitas terbaik.

Apa yang anda omongin diatas terlalu njlimet, gak jelas arahnya... gampangnya ribetlah pokoke..

Ohh.. come on..

Berpikir Sederhana.. Positif dan Baik-baik..
Beri yang terbaik.. ingat itu, beri yang terbaik
Sebaik2 manusia yg memebri manfaat
Bukan yg Nipuin orang mulu dengan produk murah + murahan..

Banyak baca lagi ya.. pliss sebelum ngomong/nulis, biar tambah bijaksana
Anonymous said...
Coba baca tentang kepuasan konsumen terhadap produk2 Apple ini (dan Asus, Acer, dll)

http://blog.changewave.com/2009/02/outlook_worsens_for_consumers.html
Anonymous said...
BudiTyas said...
Orang yang mengeluarkan dana besar untuk pakaian 'butik' juga biasanya puas, karena memang mahal. Pakaian butik juga rentang hidupnya tergantung tren, hanya saja, 'desain baju' masih mungkin berulang sedang teknologi terus berjalan maju.

Bisnis Apple ala butik ternama, hanya saja, landasannya adalah teknologi dan marginnya tidak bisa setinggi baju butik mengingat kompetisi yang kian ketat.

Tentang kepuasan, kalau anda bikin produk jarang - jarang, cuma buat segmen tertentu, apa mungkin bikin yang kualitasnya biasa2 saja? Sudah tentu kualitasnya bagus. Yang saya kritik tentang Apple adalah cara bisnisnya, bukan produknya. Mungkin anda kurang paham di situ.
Anonymous said...
Nih sekedar buat tambahan referensi bapak - bapak..

http://teknologi.vivanews.com/news/read/32412-banyak_aplikasi_iphone_yang_sia_sia

http://teknologi.vivanews.com/news/read/26427-apple_iphone_tak_mampu_jalankan_flash

http://teknologi.vivanews.com/news/read/22178-apple_gunakan_teknologi_lg
Anonymous said...
bijak or ngga bijak tergantung gimana cara liatnya.. gw setuju dengan penulis..

kalo produk apple gw pakai kok.. dari gudget (iphone) sampe desktopnya gw pakai kok sekarang.. windows gw pakai juga di netbook.

jangan hanya karena lo pakai mac trus orang nulis ini itu ttg mac lo bilang ngga bijak... katro amat sih.. lo yg harus banyak belajar and baca... mudeng ora son

hayoo bro nulis trus...cuekin aja tuh monyet ngomong sok bijak gitu huhu

Post a Comment

Untuk lebih mudah berkomentar, pilih opsi Name/Url. Anda tinggal isi nama saja, plus alamat situs jika anda punya blog/website. Ayo berbagi opini.

 
poside by budityas |n|e