Selling : Mentalitas dan Prinsip Dasar

Kali ini kita akan sedikit membahas tentang selling atau menjual. Selling skill tidak melulu melekat pada diri sales, tapi melekat pada profesi apa saja karena pada dasarnya kita adalah penjual. Entah menjual keahlian, ide, opini, atau lainnya. Yang jelas, jika kita punya mentalitas selling yang bagus, maka kita akan lebih percaya diri dalam menghadapi siapapun. Dalam menjual, penolakan adalah lumrah. Orang yang punya mental selling yang bagus akan tetap tersenyum saat berhadapan dengan situasi yang paling tidak menguntungkan sekalipun. Nah, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa jadi landasan untuk memperkokoh mental selling anda. Street smart. Pola dan prinsip dasar sales lapangan muka badak yang hanya punya 1 ambisi. Berhasil.

1. Awalnya, penolakan lebih banyak dari penerimaan.
Jika kita tahu, maka kita tidak akan kaget. Memang begitulah kenyataannya. Dalam menawarkan sesuatu pada orang baru di saat pertama, prosentase keberhasilannya sangat rendah. Dari sini pelajaran dimulai. Tugas kita adalah mengurangi penolakan, bukan sekedar menambah penerimaan. Jika sekedar menambah penerimaan, maka dengan menambah target prospek, otomatis penerimaan akan meningkat, meski penolakan juga meningkat. Ini adalah kerja keras, bukan kerja cerdas. Yang terbaik adalah dengan mengurangi penolakan. Ini adalah upaya untuk mengconvert yang tadinya menolak menjadi menerima dalam jumlah prospek yang sama. Dengan tenaga yang sama, hasilnya lebih banyak. Setiap ada penolakan adalah pelajaran baru sehingga kita berpikir bagaimanamana agar hal itu tidak terulang lagi. Jadi jika anda mendapat penolakan, berbahagialah. Anda sedang belajar satu ilmu baru.

2. Jangan melihat produk seakan anda konsumennya.
Jika kita berpikir sebagai konsumen, bisa jadi kita berfikir produk tersebut jelek, tidak berguna, dan semacamnya, karena produk mungkin memang tidak bernilai bagi kita. Cara pandang seperti ini menghilangkan motivasi & antusiasme kita dalam menjual. Akhirnya kita tidak bisa menjual dan menyalahkan produk. Ini hal terbodoh untuk seorang penjual. Tugas seorang penjual adalah menemukan celah dimana produk menemukan pasarnya sehingga berubah menjadi uang. Dengan cara pandang yang benar, maka anda akan menemukan beragam potensi dalam hal apapun, bahkan untuk sampah atau kotoran hewan sekalipun. Semua memiliki nilai jual, syaratnya adalah : anda menemukan pasarnya. Jadilah penjual ulung. Penjual ulung tidak pernah bergantung pada produk, justru produk yang bergantung pada mereka.

3. Anda menjual, bukan memasarkan.
Penjualan secara teori adalah bagian dari pemasaran, namun dari sisi lain, menjual tidak selalu berproses layaknya memasarkan. Agar sebuah produk dibeli, dalam pemasaran ada tahapnya. Mulai dari pembentukan awareness, menarik perhatian calon konsumen, membangkitkan keinginannya, hingga berujung pada penjualan. Produk berpindah tangan dan berubah menjadi uang. Dalam kenyataannya, menjual tidak selalu begitu. Menjual kadang tidak terkait dengan awareness brand, terutama menyangkut produk komoditi. Menjual juga kadang manipulatif, tidak sekedar menstimulasi keinginan layaknya memasarkan. Jika anda dihadapkan pada produk yang tidak bisa anda 'pasarkan', maka pakai strategi menjual yang maniplatif. Intinya bukan untuk membuat produk diterima publik/konsumen, tapi agar ia berubah menjadi uang alias terjual. Belum paham? Coba anda ingat - ingat. Anda pasti pernah mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak anda butuhkan, juga tidak anda inginkan.

4. Closing, menutup penjualan adalah yang terpenting.
Anda bersusah payah menarik perhatian, membangkitkan keinginan, membuat calon konsumen berkata OK, jadi jangan sia - siakan mengakhirinya hanya dengan memberi kartu nama. Keinginan yang sudah terbentuk harus segera ditindak lanjuti dengan closing, penjualan. Inti dari menutup penjualan adalah membangun kondisi dimana deal saat itu juga adalah pilihan terbaik. Hindari kata - kata "besok juga tidak apa - apa" atau "nanti kalau berminat hubungi nomor ini". Itu membuka celah kegagalan, dan mungkin saja anda harus mengulang lagi dari awal. Jika saat menawarkan suatu produk/jasa calon konsumen sudah sangat membuka diri dan siap membeli, jangan pernah menunda - nunda, kalau perlu bantu, fasilitasi, agar apa yang menjadi kendala calon konsumen saat itu sirna.

Selling skill lekat dengan individu, bukan masalah barang ataupun perusahaan. Keahlian menjual merupakan salah satu keahlian yang paling dibutuhkan. Tidak peduli serendah apapun pendidikan formal yang anda miliki, selama anda mampu menjual, maka anda tidak akan kelaparan.
Jika anda tertarik dengan artikel – artikel di blog ini, silahkan berlangganan gratis via RSS Feed, atau jika anda lebih suka berlangganan via email, anda bisa mendaftar di Sini.

2 komentar:

Kaos Distro said...
lg belajar buat jd sales yg baik nih.. hehe.. selama ini fokus di marketing tp konversi terhadap penjualannya ternyata msh kurang walaupun marketingnya uda lumayan..
BudiTyas said...
Emang closing itu susah2 gampang. Bikin orang aware bisa, bikin orang tertarik juga mudah. Yang sulit itu bikin orang ngeluarin uang dari dompetnya, hehe...

Post a Comment

Untuk lebih mudah berkomentar, pilih opsi Name/Url. Anda tinggal isi nama saja, plus alamat situs jika anda punya blog/website. Ayo berbagi opini.

 
poside by budityas |n|e