Menilai Diri Secara Proporsional

Seringkali kita dibuai oleh fakta - fakta yang membangkitkan semangat. Seorang yang DO dari universitas jadi orang terkaya dunia, lulusan SMP bisa jadi milyarder, tanpa modal bisa jadi pengusaha besar, dan sebagainya. Semua itu memang nyata, bukan fiksi, namun seringkali, demi motivasi, faktor2 pendukung lain yang sebenarnya punya pengaruh besar acap terabaikan, atau seringkali dikesampingkan untuk membuat semangat kita yg punya faktor minus (DO, berpendidikan rendah, kurang modal, dlsb) membuncah dan berujung pada penilaian diri yang terlalu tinggi.


Dalam kasus lain, perkembangan perusahaan ditambah dengan biaya untuk beragam kebutuhan hidup era modern ini menjadi dasar dalam menentukan nilai diri, terutama bagi buruh - buruhnya. Tidak jelas korelasi antara produktivitas individu dengan nominal uang yang didapat. Yang ada adalah produktivitas kolektif dan imbal hasil bersama untuk dibagi rata dalam wujud UMR.

Yang paling tahu diri kita tentunya diri kita sendiri (selama kita punya responsibilitas pribadi). Menilai diri secara proporsional menghindarkan kita dari hidup dalam khayalan, juga menghindarkan kita dari jebakan rutinitas yang membelenggu potensi kita yang sebenarnya. Tidak usah ragu keluar dari pekerjaan dan menekuni bisnis sendiri jika memang kita yakin dan mampu, juga tidak perlu malu dengan pekerjaan kita saat ini jika itu memang cukup menghidupi dan bernilai lebih jika dibanding kemampuan diri kita sendiri.
Jika anda tertarik dengan artikel – artikel di blog ini, silahkan berlangganan gratis via RSS Feed, atau jika anda lebih suka berlangganan via email, anda bisa mendaftar di Sini.

1 komentar:

Siip boss semoga jadi inspirasi ,

Post a Comment

Untuk lebih mudah berkomentar, pilih opsi Name/Url. Anda tinggal isi nama saja, plus alamat situs jika anda punya blog/website. Ayo berbagi opini.

 
poside by budityas |n|e