tag:blogger.com,1999:blog-34135807250910593412024-03-13T09:56:01.295+07:00Poside PostAdminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-71045625419633275382012-10-21T21:49:00.001+07:002012-11-22T22:22:03.712+07:00Rinso Kilo, Kian Hilang Dari PeredaranSudah lebih tiga bulan semenjak harganya naik, toko saya tidak menjual rinso anti noda versi 900g. Untungnya, yang mencari produk tersebut kian hari kian jarang. Yang tersisa dari merk rinso hanya versi renceng seribuan. Harganya masih kompetitif dibanding para kompetitornya.<br />
<br />
Selain kian mahal, produk deterjen bubuk milik unilever itu juga kian jarang muncul di TV. Sayang juga sebenarnya, untuk produk yang masih punya basis pelanggan setia, ia harus keluar dari rentang harga logis untuk terdistribusi secara massal. Attact yang berbandrol lebih mahal, lebih mudah ditemui harga miringnya di pasaran. Dalam arti, attact lebih punya ruang gerak distribusi alami melalui rentang harga tersebut untuk sampai ke outlet - outlet dimana produk tersebut menemukan real customer yang mau membeli di harga eceran standar.<br />
<br />
Entah bagaimana kinerja unilever sekarang. Yang saya tahu, beberapa produknya masih jadi idola, namun ada juga yang gagal atau menurun pasarannya, sepert Viso, surf, dan mungkin juga Rinso. Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-88605609980563224852012-09-27T00:02:00.001+07:002012-11-22T22:23:42.907+07:00Attact Easy 6+1, Menarik, Nggak Ada Yang TahuMungkin sangat sedikit yang tahu, kalau attact easy 1000an sedang ada promo 6+1, alias beli 6 dapat gratis sebiji. Sebenarnya aneh juga. Sebuah perusahaan bikin promo, tapi tanpa iklan dan publikasi macam2. Lantas ngapain bikin promo? Aneh...
<br/><br/>
Pasar deterjen 1000an didominasi oleh produk unilever dan wings, sedang attact dari kao yang sebenarnya juga produk dengan kualitas bagus, tidak cukup kuat penetrasinya, setidaknya di area saya. Animo terhadap attact terbatas, otomatis retailerpun menyediakannya dalam jumlah terbatas, meski dengan promo 6+1 sekalipun.
<br/><br/>
Kalau melihat model promosinya, target program ini adalah pengecer, atau ibu rumah tangga yang sensitif harga. Tipe yang belanja di warung sebelah, bukan ibu ibu yang belanja di mall mall besar di pusat kota. Produk harusnya ada di warung - warung kecil yang entah berapa ratus ribu jumlahnya. Sebuah tantangan yang besar untuk produsen dengan varian produk terbatas.
<br/><br/>
Apa yang diharapkan kao untuk program ini kurang begitu jelas. Kalau memang ingin meningkatkan market share, setidaknya ada program pajangan agar produknya terdisplay, nggak ngumpet tertimbun produk lain di rak rak toko. Iklan tv nggak, dipajang di rak juga nggak, rasanya promo 6+1 jadi mubazir.
<br/><br/>
Kalau pendapat saya sih, program pajangan adalah pilihan bagus. Toko dikasih target lebih bagus. Durasi program pajangan dirancang hingga produk flow dan kokoh pangsa pasarnya lebih bagus lagi.
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-10162641582824760672011-10-24T00:22:00.000+07:002011-10-24T00:22:33.218+07:00Kritik untuk Detik.comDetik.com sebenarnya adalah situs berita favorit saya, was..., dulu, waktu layoutnya masih sempit dan memanjang ke bawah. Sekarang membaca detik jadi terasa kurang nyaman semenjak tampilannya berubah menjadi 3 kolom. Kendala saya sebagai seorang pembaca adalah:<b> Sulit mencari tema yang saya suka di homepage. </b>Dulu, mencari berita baru di kategori tertentu terasa mudah, karena tersusun rapi ke bawah. Sekarang ada di kiri, di kanan, di atas, dan di bawah. Padahal untuk label tema/kategori, warna dan ukuran hurufnya serupa dengan judul - judul beritanya. Melihat detik.com serasa melihat tag claud yang tidak teratur. Dalam pemanfaatan ruangpun terasa kurang. Untuk berita yang diupdate dalam hitungan jam, tiap judul berita di list lengkap dengan hari dan tanggal. Padahal untuk menghemat ruang, harusnya bisa ditulis jamnya saja, hari dan tanggalnya tidak perlu diulang - ulang.<br />
<br />
Sebenarnya saya tidak berniat menulis post tentang ini, tapi berhubung scroll mouse saya ngadat gara - gara bolak balik naik turun di homepage <a href="http://detik.com/">detik.com</a>, ya akhirnya ketulis juga, hehe. Gpplah,.. selingan<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-66355878709885663942010-02-03T02:02:00.000+07:002010-02-03T02:02:05.413+07:00Kecewa dengan Virtual ConsultingBeberapa waktu lalu saya sempat memberikan komentar bernada kontra di <a href="http://virtual.co.id/blog/online-advertising/internet-tidak-akan-membunuh-koran/">blog virtual cons</a>. Setelah ganti theme, komentar saya itu tidak ada lagi. Sebenarnya saya tidak terlalu kecewa jika komentar bernada kontra yang hilang itu cuma milik saya, karena isinya memang nggak penting - penting amat. Sayangnya, komentar lain yang cukup memberikan wawasan juga dihilangkan. Komentar tersebut berisi informasi tentang pendapatan iklan koran tahun 2005, anggaran baliho, pendapatan iklan TV, dan beberapa argumen balasan mengenai pertumbuhan iklan cetak vs iklan online. Intinya, info tambahan tersebut penting untuk direnungkan bagi pemasar online. <br />
<br />
Tapi mengapa? Mengapa harus hilang? Apakah kini komentar blog hanya boleh pro saja, nggak boleh kontra?Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-75446659778427215782009-10-22T08:51:00.000+07:002009-10-22T08:51:13.765+07:00Masalah Harga Aqua Galon<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_9TU7hzWJK8I/SpZVbEuikeI/AAAAAAAAAMo/rHGzjybz_6c/s1600/botol_aqua.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/_9TU7hzWJK8I/SpZVbEuikeI/AAAAAAAAAMo/rHGzjybz_6c/s320/botol_aqua.jpg" /></a><br />
</div>Beberapa waktu lalu saya berniat membeli Aqua galon di sebuah kota kecamatan. Masih seputar lebaran, dan ternyata, toko - toko tidak punya stok galon isi, alias stok habis. Mereka bilang, harga kulak Aqua galon naik gila - gilaan, mending nggak ngambil dulu. Harga di atas 13 ribu per galon sudah tidak masuk akal.<br />
<br />
Sebulan kemudian, ternyata galon - galon yang terpajang masih galon kosong. Pemilik toko masih enggan untuk kulak karena harga di tempat kulakan juga masih sama. Mahal. Mungkin tempat buat kulakan itu juga barangnya ga laku - lagu dan mereka juga membeli dengan harga tinggi, jadi ga mau jual rugi. Rantai distribusi seperti terputus. Grosir ga mau jual rugi, retailer ga mau ambil, konsumen kelimpungan. Banyak konsumen yang akhirnya memasak air sendiri untuk dimasukkan ke dalam aqua galon mereka. Sebulan lebih, dan kerugian Aqua dari kasus seperti ini bukan hanya pada revenue, tapi juga brand image. Untuk merk sebesar Aqua, ini tragedi. Produk bermerk tapi kontrol harganya seperti barang komoditi, kacau dan tetap kacau tanpa ada intervensi brand owner.<br />
<br />
Aqua seperti makanan empuk bagi brand lain yang ingin berekspansi. Beberapa teman sempat menukar galon Aquanya dengan merk lain, dengan menambah uang 5 ribu. Pilihan jadi terlampau mudah. Pilih merk lain dengan distribusi dan harga stabil, atau mau terus mengisi galon dengan memasak sendiri? Ya akhirnya pilih tukar galon. Bagaimana Aqua?Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-28388540964151450152009-10-07T06:42:00.000+07:002009-10-07T06:42:16.439+07:00Bersandar Pada Yahoo?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_k3EZkw8dm2M/R6MnXLKaWUI/AAAAAAAAAD4/MZkI9LmIbL0/s1600/yahoo_logo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/_k3EZkw8dm2M/R6MnXLKaWUI/AAAAAAAAAD4/MZkI9LmIbL0/s200/yahoo_logo.jpg" /></a><br />
</div>Beberapa hari ini yahoo terasa sangat menyebalkan. Yah, setelah geocities ditutup, yahoo pipes yang digunakan untuk menampilkan top komentator di blog ini juga tidak nampak lagi. Blong kosong tidak terlihat daftar namanya. Menyedihkan,.. semoga segera bisa tampil lagi.<br />
<br />
Yahoo sendiri memang sedang berbenah. Jual ini itu, menghilangkan servise ini itu agar menjadi lebih baik, .. lebih baik buat mereka tentunya. Yang seperti ini tidak nyaman untuk pengguna. Bersandar pada Yahoo rasanya demikian rapuh.<br />
<br />
Dulu saya sempat punya akun mail yahoo juga, tapi karena lama tidak dibuka, semua inbox hilang dan perlu proses tertentu untuk membuatnya aktif lagi. Berbeda dengan Gmail dimana setelah setahun baru saya buka lagi, tidak ada satupun data yang hilang. Bahkan langganan feed sayapun masih ada hingga mencapai ribuat inbox unread. Mungkin ini juga alasan saya menggunakan Blogger blogspot. Saya lebih percaya google dibanding siapapun (termasuk diri saya sendiri) untuk memastikan blog saya tetap hidup.<br />
<br />
Reliabilitas layanan gratis, jika disebut demikian, yahoo tidak saya rekomendasikan. Jika google menyediakan tool serupa, pilih google saja. Untuk masalah yang gratis - gratis, google adalah jagonya.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-80512051401909842202009-09-07T23:59:00.000+07:002009-09-07T23:59:21.413+07:00Menjadi Bodoh Karena Online<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_Y6cAsrJqtbA/SqU6wphWMlI/AAAAAAAABUc/-IhhTRZMfNA/s1600-h/dumbanddumbererpe9.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/_Y6cAsrJqtbA/SqU6wphWMlI/AAAAAAAABUc/-IhhTRZMfNA/s320/dumbanddumbererpe9.gif" /></a></div>Dunia maya tetaplah dunia maya. Ada batas - batas dimana kehidupan real perlu mendapat porsi yang semestinya. Berlebihan dan tidak proporsional dalam membagi waktu online - offline akibatnya bukan saja tidak sehat, tapi juga bodoh.<br />
<br />
Internet memang sumber beragam informasi, namun tidak semua. Internet memang sarana alternatif berbagi, tapi harusnya bukan yang utama. Offline, seboring apapun, adalah realita yang seharusnya tidak membuat kita lari dari keadaan dan tenggelam dalam dunia maya. Seperti bapak saya bilang, "kamu tidak akan bisa masuk liang kubur sendiri". <br />
<br />
Introvert dan aktifitas online yang masif bisa membuat kecerdasan sosial real kita berkurang, nalar obyektif terkikis, dan pada kelanjutannya menyababkan pengetahuan yang tidak berimbang. Tidak proporsional. Seperti apa contohnya? <br />
<br />
<b>1. Keanekaragaman hayati opini terkikis</b><br />
Kita mungkin melihat wisdom of crowd sebagai sarana mengetahui kebenaran obyektif, tapi kita lupa, wisdom of crowd online mengesampingkan opini offliners. Jika dipandang bahwa onliners/netter adalah bagian dari masyarakat umum, kita lupa lagi, bahwa bagian itu sendiri tergroup dalam satu term. Netters. Non netter atau offliners sama sekali tidak terlibat. Jika masalah - masalah yang kita bahas adalah hal umum, melibatkan netters dan non netters, wisdom of crowd via online saja masih jauh dari valid untuk bisa dibilang obyektif. Berpijak dalam hal ini dan membawanya konklusinya ke ranah non netter, jangan kaget jika anda terkaget - kaget karena apa yang ada di sana tidaklah sama dengan yang anda duga.<br />
<br />
<b>2. Influence yang terlalu viral</b><br />
Apa yang terjadi jika sesuatu menjadi terlalu viral? Yang paling jelas adalah variasi akan kandas lebih awal. Penyebabnya adalah sistem komparasi dan judgement yang langsung terbentuk dengan cepat, sejak mula, sehingga variasi yang nampak inferior di awal akan hilang, tidak ada buzz untuk berlanjut menjadi bahasan dalam yang menambah koleksi variasi yang ada. Contoh mudahnya : Jika sejak mula terbentuknya instrumen musik dan seni berlangsung terlalu viral, dengan komparasi dan jugdgement di awal - awal, apakah kita yakin ada tari pendet, gambyong? Apakah akan ada gamelan? Mungkin semua hanya akan tampil di awal dan mungkin saja segera tersingkir tanpa pernah berkembang menjadi sebuah budaya yang kaya. <br />
<br />
<b>3. Gagap sosial</b><br />
Gagap sosial adalah pandangan yang menganggap ritual dan hal - hal yang sifatnya tradisi menjadi tidak penting. Jadi kikuk, bingung, dan kehilangan sense terhadap mekanisme komunikasi dan sosialisasi real. Mungkin ada yang berpendapat, "ah, yang kayak - kayak gitu nggak ada juga ga apa - apa. Nggak masalah". Nah, yang seperti ini akan tumbuh sebagai ekses negatif online secara massif. Ujung - ujungnya, semua dianggap tetek bengek tidak penting. Yang penting cuma komputer dan koneksi internet. <br />
<br />
Sebenarnya masih banyak lagi yang bisa digali tapi sementara itu dulu untuk menjadi bahan renungan kita kali ini. Online, dalam batas tertentu adalah manfaat, namun selebihnya adalah mudharat.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-87448966058766984492009-06-19T11:04:00.003+07:002009-06-19T11:34:44.351+07:00Politik dan Mental KitaSeperti halnya dalam sepakbola, dalam politikpun ternyata banyak insan Indonesia lebih tertarik berkomentar dan mengkritik daripada menyumbang sesuatu yang sifatnya lebih produktif. Ternyata bangsa kita ini memang memiliki corak khas yang seakan tidak bisa hilang. Ngomongnya lebih banyak daripada tindakannya. Maaf, sarkastic mode : on. <div class="fullpost"> <br /><br />Beberapa waktu lalu saya sering berkumpul di politikana.com untuk ikut membahas masalah - masalah yang berkaitan dengan politik. Dalam benak saya, pastilah ada sumbangsih yang bisa saya, atau orang lain berikan untuk dunia politik kita. Sesuatu yang positif. Jalan keluar yang memberi manfaat. Seiring berjalannya waktu, saya mulai kehilangan gairah. Semakin sulit mencari artikel yang mengajukan ide atau solusi yang secara realistis mampu diimplementasikan untuk membuat bangsa ini menjadi lebih baik. Makin lama, yang ada adalah komentar bernada keluhan, kritik, harapan - harapan, dan semacamnya. Terus terang saya kecewa, apalagi jika makin banyak saja artikel politik berupa kampanye negatif. Aduh, bangsa ini. Rasanya seperti bangsa yang orang - orangnya harus saling menenggelamkan saudaranya sendiri demi mengambil nafas untuk hidup. Seakan adalah keharusan untuk menginjak kepala yang lain agar kepala sendiri bisa menyembul ke permukaan.<br /><br />Saya terjebak paradox. Artikel inipun tergolong kritik. Semoga saja ini terakhir kalinya saya menulis kritik, mengemukakan hal negatif tanpa memberikan sub header dengan label solusi dalam angka romawi bold - uppercase. Saya tetap mengunjungi politikana, namun sekarang dengan filter bacaan yang makin ketat dan selektif, karena memang tidak semua yang tertulis itu sesuai dengan preferensi saya dalam mencari solusi.<br /><br />Yah, sekedar opini saja. Teriakan dari satu kepala yang mungkin sebentar lagi senyap tergerus arus dominasi artikel yang sedang ngetrend akhir - akhir ini.<br /><br /></div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-35273866818825909172009-06-12T11:54:00.000+07:002009-08-28T01:27:35.676+07:00Blog Repeater : Diperbudak Tanpa TerasaDunia <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>internet</strong></a> adalah media termurah untuk saling mempengaruhi. Orang yang paling mudah dipengaruhi adalah orang yang sejalan, satu bidang bisnis, dan butuh pengakuan. Orang yang paling efektif memberikan pengaruh adalah orang yang sudah punya nama. Terkenal istilahnya.<br /><br />Marketing viral, <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>ide</strong></a> yang tersebar secara horisontal adalah cara menyebar pengaruh yang sangat efektif. Saya pernah menulis tentang post yang berjudul budak - budak web 2.0. Dan pada kenyataannya, itu banyak terjadi di <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>internet</strong></a>. Budak yang tidak merasa menjadi budak karena seolah - olah melakukan sharing pemikiran yang sejalan.<div class="fullpost"><br /><br />Mengapa secara sarkastis saya sebut budak? Sedikit contoh, misalkan saja :<br />Ada seorang pengusaha terkenal yang bergerak di bidang <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>internet</strong></a> <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>marketing</strong></a>. Target dia adalah perusahaan - perusahaan besar. Prioritas dia saat ini adalah menggoalkan suatu <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>ide</strong></a> agar banyak perusahaan terpengaruh untuk membeli jasa/layanan tersebut.<br /><br />Apa yang dia lakukan? Tentu saja dia mempublikasikan <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>ide</strong></a> tersebut di <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>internet</strong></a> karena memang bisnisnya terkait <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>internet</strong></a>. Karena dia terkenal, otomatis yang mendukung dia banyak. Bahkan blog - blog bau kencur yang suka mampir ke blog dia ikut - ikutan membahas materi yang sama, tentunya dengan pendekatan sendiri - sendiri (ah, saya termasuk ini). Secara viral, <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>ide</strong></a> itu tersebar luas dan menjadi bahasan yang menarik. Marketing dia jalan. Supporter - supporternyalah yang melakukan edukasi pasar secara gratis untuk kepentingan dia. Dia sendiri post and relax, balas komen juga ala kadarnya karena memang bukan sebuah keharusan. Supporternya bisa melakukan itu untuk dia.<br /><br />Kemudian, ada perusahaan besar tertarik mengaplikasikan <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>ide</strong></a> tersebut (entah perusahaan itu membaca dari blog yang mana dan milik siapa bukan masalah). Siapa yang akan dicari perusahaan peminat itu? Tentunya perusahaan yang paling siap menjual. Nah, siapa yang bonafit dan siap menjual kalau bukan perusahaan pemilik <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>ide</strong></a> tadi?<br /><br />Nah, itu salah satu contoh jelas yang membedakan <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>marketing</strong></a> efektif yang didukung kesiapan menjual dan <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>marketing</strong></a> - <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>marketing</strong></a>an yang sekedar sharing. Kita bisa membedakan, siapa yang benar - benar mengambil keuntungan dan siapa yang sekedar jadi repeater yang sama sekali tidak merasa kalau ia sedang dimanfaatkan. Ini salah satu alasan saya tidak suka merelay atau mengulang <a href="http://poside.blogspot.com/" target="_blank"><strong>ide</strong></a> orang lain di net, apalagi jika memang bisnisnya di situ. Lebih baik mengangkat tema realitas di sekitar kita daripada jadi corong gratisan orang lain. Dunia itu luas. Masih banyak yang bisa digali di dunia nyata untuk pengayaan wawasan reader kita. Be genuine, karena yang asli itu mahal harganya.</div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-58669707253525513842009-06-10T07:47:00.000+07:002009-06-12T13:30:38.638+07:00Jaksa Kasus Prita MulyasariSelain kasus Prita Mulyasari sendiri, ternyata pemberitaan Prita - OMNI yang terus saja hangat ini mulai menyebar ke investigasi banyak hal yang terkait proses hukum yang terjadi, termasuk perangkat hukumnya. Dalam hal ini adalah jaksa dan kejaksaan. Investigator yang berpangkat sersan wartawan :D mulai mengendus hal - hal yang tidak beres di kejaksaan. Berita terbarunya sebagai berikut :<div class="fullpost"><br /><br />Pihak kejaksaan diduga mengalami konflik of interest oleh adanya layanan medical checkup gratis yang diselenggarakan OMNI untuk kejaksaan. Dugaan itu dikuatkan dengan sebuah surat berstempel yang skrinsyutnya terpampang di detik dot com seperti ini :<img src="http://www.detiknews.com/images/content/2009/06/10/10/pengobatanGratisDLM.jpeg" style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 285px; height: 285px;" border="0" alt="" /> Dari situ kemungkinan pemberitaan tentang kasus ini masih panjang. Jika tertarik, bisa saja KPK ikut ambil bagian. Bukan masalah jumlah korupsinya, tapi lebih pada proses peradilan yang tidak lagi bersih dari konflik kepentingan. Jika semua bisa terungkap, maka satu kasus bisa menjadi contoh dan landasan bagi kasus - kasus lain yang mungkin saja terjadi di kantor - kantor kejaksaan lain. <br /><br />Jika sudah terendus pers, nampaknya ujung masalah harus benar - benar dipantau. Terlewat sedikit saja dan pers abai, kasus itu berakhir seperti apa tidak akan ketahuan. Masih ingat kasus hartono prapanca? Ada yang tahu perkembangan kasusnya? Nah, ini kritik untuk pers. Kadang ending suatu berita bersambung tanpa ada tamatnya hanya karena ada kasus hot lain yang layak diberitakan. <br /><br /></div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-21693245235111903042009-03-15T01:27:00.000+07:002009-06-12T13:30:39.303+07:00Apple, Chrysler, dan Durasi ProduksiMungkin anda pernah mendengar tentang Chrysler saat mendapat tekanan dari mobil - mobil jepang. Mobil Jepang dengan kualitas lebih bagus bisa diproduksi dengan lebih cepat dan lebih murah. Chrysler, seperti kebanyakan produsen dari US, lamban dalam membuat produk - produk baru. Chrysler membutuhkan waktu hingga 60 bulan (5 tahun) untuk merilis produk baru.<div class="fullpost"><br /><br />Tiap kategori produk memiliki durasi trendnya sendiri. Seperti lagu, yang terbaikpun tidak terus menerus di atas. Untuk mobil, 5 tahun itu terlalu lama. Siklus yang lama menyebabkan perusahaan tidak memiliki senjata dalam mengikuti trend pasar yang ada. Di saat yang sama, produk baru yang dirancang akan basi saat hari peluncuran. Bisa dibayangkan apa jadinya jika desain yang dirancang tahun ini baru dijual masal 5 tahun lagi? Durasi Chrysler adalah akibat model kompetisi sebelumnya yang berbeda. Chrysler akhirnya berbenah. Durasinya berkurang menjadi 39 bulan dan iapun mengikuti trend dan mampu bersaing.<br /><br />Jika anda perhatikan, hal yang sama terjadi pada Apple dengan iphonenya. Untuk fitur standar, ia banyak tertinggal. Contohnya saja kemampuan 3G dan kamera. Kemampuan 3G baru disusulkan kemudian (saat kompetitor beralih ke HSDPA), sedang kameranya tidak lebih baik dari produk kompetitor lansiran 2 tahun sebelumnya. Jika Apple terus seperti ini, maka produk barunya akan bertambah lama. Bisa jadi rancangan yang harusnya launching tahun depan dibatalkan karena nampak sekali kadaluwarsanya, lalu rancang ulang lagi, tahun depan kadaluwarsa lagi.., begitu seterusnya hingga durasi produksinya diperbaiki. Apple bisa saja berkelit dengan menambah fitur yang tidak bisa dikomparasi dgn produk kompetitor untuk menutupi desain lawasnya. Tapi sampai sejauh mana? Fitur non standar harusnya adalah nilai tambah, bukan decoy pengalih perhatian.<br /><br />Berani taruhan kapan Apple bakalan launching produk baru? Pasti masih lamaaa sekali. Desain mungkin sudah ada, tapi belum tentu diproduksi masal. Mengapa? Seperti Chrysler, saat menjadi produk jadi, kemungkinan desain tersebut sudah basi.<br /><br />Note: pakai hp. Maaf klo ada salah tulis.</div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-50228405209412746022009-02-26T12:29:00.000+07:002009-06-12T13:30:39.891+07:00Industri Obat dan Kesehatan BangsaRoda bisnis obat - obatan sebenarnya bisnis yang bisa berjalan tanpa perlu margin tinggi mengingat produk tersebut selalu dibutuhkan. Sistem kompetisi farmasi di Indonesia yang menyebabkan itu terjadi sehingga margin tinggi seakan menjadi kewajiban yang tidak bisa dihindari untuk menjalankan proses 'distribusi' yang mahal.<div class="fullpost"><br /><br />Bagaimana obyektifitas dokter jika dalam memilih obat untuk pasiennya ia diiming - imingi uang/bonus untuk resep produk obat tertentu? Etiskah? Yang perlu digaris bawahi adalah, meski uang bonus itu nampaknya berasal dari perusahaan farmasi, tapi sebenarnya berasal dari orang - orang yang tengah sengsara yang sangat butuh bantuan, dan mereka bukan untuk dipalak. Memang jika ditilik dari tugasnya, obat yang diberikan oleh dokter berfungsi menyembuhkan, apapun mereknya, hanya saja, dengan sistem sekarang, biaya untuk sembuh itu menjadi mahal. Mengapa orang - orang kita banyak memilih berobat ke Singapore? Dari apa yang banyak saya dengar, biaya berobat di sana justru lebih murah dibanding di Indonesia. Artinya, pengelolaan terhadap hal yang menyangkut kesehatan bangsa kita ini payah. Harus diubah.<br /><br />Jika suatu bisnis sudah terpola menjadi 'mahal', maka yang berkaitan dengan itu akan menjadi mahal pula. Bahkan mahasiswa yang berniat menjadi dokter juga biayanya paling mahal dibanding jurusan lain. Jika bukan menyangkut kemanusiaan, bisnis mahal sebenarnya wajar - wajar saja, tapi di Indonesia ini, bisnis mahal justru yang menyangkut kebutuhan primer manusia dimana manusia tidak punya pilihan selain terlibat.<br /><br />Silahkan diteliti lebih lanjut tentang skema distribusi obat hingga sampai pasien. Anda akan tahu betapa sangat mahal biaya kesehatan kita. Dan itu semua seharusnya bisa dihindari melalui suatu regulasi yang lebih memihak anak bangsa. Jaring pengaman sosial untuk kesehatan warga miskin saja tidak cukup, karena sama saja mengatakan "Warga miskin tidak boleh dipalak, tapi yang menengah keatas silahkan saja dipalak banyak - banyak". </div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-45647254523256705082009-02-21T23:15:00.000+07:002009-06-12T13:30:39.911+07:00Menanti Runtuhnya AppleMembahas Apple memang selalu menarik mengingat cara ia berbisnis tergolong unik, untuk kata lain 'nyeleneh'. Kalau boleh dibilang, bisnis apple adalah bisnis 'boom' atau bisnis yang mengandalkan penetrasi bombastis singkat, dilakukan secara periodik dengan memanfaatkan buzz pendukung dan brand image yang telah tertanam dalam jangka panjang. Untuk produk elektronik dengan tingkat perkembangan sangat pesat, saya pikir strategi Apple ini tidak akan bertahan lama.<br /><br />Saya melihat bahwa strategi Apple untuk menjadi beda ini kadang terasa over, dalam arti, tampil beda itu dilakukan hampir dalam segala hal. Mungkin kita masih ingat kabar beberapa waktu yang lalu dimana pabrikan ponsel besar bersatu untuk bareng - bareng membuat charger ponsel yang sama. Dari sisi efisiensi, tentu charger yang sama untuk semua merk HP memudahkan bagi produsen maupun konsumen. Selain itu, dampak lingkungan akibat proses fabrikasi maupun sampah paska penggunaan bisa dibatasi mengingat charger reusable untuk produk apa saja. Bisa dibilang, pabrikan tidak perlu lagi mengurusi pembuatan charger. Mereka bisa benar - benar fokus membuat HP yang bagus.<div class="fullpost"><br /><br />Dalam kesepakatan bersama itu, Apple tidak ada. Apa yang dipikirkan Apple? Tampil beda? Apakah Apple sudah tidak ada inovasi baru hingga charger saja harus diupayakan untuk beda? Sungguh bagi saya, keputusan Apple itu berlebihan. Lebih banyak minusnya daripada plusnya.<br /><br />Faktor kedua. Inovasi dalam hal teknologi itu mudah ditiru. Salah besar jika orang berpendapat layar sentuh Apple itu yang pertama. Konsep Apple hadir setelah LG Prada. Bisa dibilang, LG Prada adalah pioneernya. Hal kedua yang membuat Apple tersandung adalah sistem rendering layarnya. Sebuah perusahaan tidak terima dengan Apple dan menuntut karena engginenya digunakan tanpa lisensi padahal pabrikan - pabrikan besar lain membayar lisensinya. Lebih jauh terkait teknologi, Apple bisa meniru yang lain, dan yang lainpun bisa meniru Apple. Inovasi dalam hal teknologi punya rentang ekonomis yang singkat.<br /><br />Faktor ketiga, Apple lambat melansir produk baru. Produk yang jarang - jarang itu memang menarik atensi dan menimbulkan buzz, tapi jika menilik cepatnya teknologi berkembang, rate produksi Apple tidak berjalan mengimbanginya. Apple bisa dibilang jalan dibawah rate yang seharusnya untuk sebuah perangkat elektronik. Dengan margin tinggi dan teknologi yang tertinggal, paska masa panen, pembeli Apple praktis hanyalah budak merek atau korban buzz imaging brand yang biasanya bangga saat berkata,"Repot, obsolete ndak papa, yang penting Apple". Pada kenyataannya, seawet apapun produk, selama era teknologinya terlewati, secara fungsionalitas ia inferior. Dalam tataran persaingan gadget canggih, penentu produk masih layak jual (di kelas tsb) atau tidak bukan karena ia mahal atau masih layak dipakai, tapi lebih menyangkut regenerasi produk berteknologi baru yang muncul kemudian.<br /><br />Faktor selanjutnya adalah segmen yang niche. Dalam hal apapun, kelompok kecil biasanya lebih solid dan punya solidaritas kelompok yang tinggi. Itu pula yang terjadi pada Apple, madura perantau, padang perantau, bahkan WNI keturunan. Saat rasa bangga kelompok itu tetap niche dan tergroup dalam jumlah kecil, tidak ada masalah. Mayoritas maklum - maklum saja. Tapi jika mulai ke tataran lebih besar, tantangan bertambah. Yang terbentuk bukan lagi pendukung - netral, tapi menjadi pendukung (yang bertambah) - menolak juga banyak, dan hanya menyisakan sedikit yang netral. Dengan kalimat yang mudah, Apple tetap akan memiliki image Apple, tanpa cacat, hanya jika ia tetap melayani dan memaintain yang berjumlah sedikit. Melangkah lebih jauh, ada kemungkinan image itu rusak karena buzz negatif resistensi pendukung produk lain.<br /><br />Dengan beberapa hal diatas, saya kira konsep bisnis Apple bukan cara ideal untuk mampu leading marathon jangka panjang. Ia timbul tenggelam secara periodik dan benar - benar bersandar pada inovasi dan imaging brand. Benar - benar butuh seorang inovator visioner untuk tetap berjalan di rel yang tepat. Dengan kondisi kesehatan CEO yang tidak begitu bagus, nampaknya nama Apple sedikit demi sedikit akan mulai hilang dari perbincangan internet kita. Paling tidak untuk satu tahun ini. Dengan inovator - inovator muda, produk multivarian, plus rantai distribusi yang solid di seluruh dunia, kompetitor Apple nampaknya punya nafas lebih panjang dibanding Apple dengan produknya yang terbatas plus distribusi Apple Storenya.<br /></div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-56919451201286446562009-02-21T13:41:00.000+07:002009-06-12T13:30:39.917+07:00Protes Layanan Data IM3Dari kemaren jam 6 sore hingga tulisan ini dibuat, layanan data IM3 di dusun saya matot. Praktis untuk menengok blog jelek ini saya terpaksa harus turun gunung nyari warnet di kota. Kalo mati cuma sejam dua jam saya masih maklum, tapi kalo sampai berganti hari gini ya saya jelas protes. Hajat saya ngeblog ria benar - benar terganggu. Saya jadi nggak bisa menyapa pengunjung blog saya. Dan lagi, pulsa saya yang khusus buat ngenet jadi nggak berkurang. Rugi juga kan perusahaan? <div class="fullpost"><br />Sebagai perusahaan besar, mbok segera dibetulkan itu masalahnya. Saya ada di Karanganyar nih, Solo ke timur dikit. Karanganyar bukan Badung, kalo di Badung, mungkin yang saya maki - maki bupatinya, berhubung ini Karanganyar, ya IM3 harus tanggung jawab. Hayo, manager di sini siapa?<br /><br />Untung bintang Iklannya Asmirandah, idola saya. Kalo nggak, saya maki - makinya ga berhenti sampai di sini. Saya bikin makian macam sinetron Indonesia. Serial. Sambung menyambung. Biar ada yang dengar.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">UPDATE :</span><br />Nampaknya yang nggak beres adalah IM3 dengan opera 4. Kasus seperti ini sudah pernah terjadi. Entah mengapa bisa seperti ini. Dengan browser bawaan HP atau opera 3 bisa nyambung, tapi opera 4 tidak. Terjadi di Karanganyar - Surakarta tgl 20 februari mulai jam 6 sore.<br /><br /></div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-25504451284084624342009-02-09T15:20:00.000+07:002009-06-12T13:30:40.096+07:00Nokia dan Cara Pemberian Nama ProduknyaJika anda pernah mendengar tentang intel pentium, AMD athlon, atau Apple iPhone, maka akan jauh lebih mudah untuk membaca alur pemikiran yang berikut ini. *Yang belum pernah dengar berarti lama tinggal di gua...(^_^)*<br /><br />Dulu, prosesor dinamai tanpa trademark, sekedar seri. Misalkan saja Intel 486 atau intel 8088, mirip dengan cara penamaan produk - produk Nokia saat ini. Nah, seiring waktu, pola penamaan berubah menjadi intel pentium, intel xeon, intel core, dan semacamnya, dan sistem penamaan tersebut sangat memudahkan masyarakat dalam mengenali varian tiap produk dan membedakannya. Dari sisi segmentasi, pemilah - milahannya sangat mujarab dan cara penamaannya elegan.<div class="fullpost"><br /><br />Nokia dengan produk yang menggunung juga akan lebih menarik jika menggunakan cara yang sama dalam memilah - milah produknya. Hanya di satu hal ini produsen - produsen non amrik tidak melakukannya sehingga menyebabkan Apple atau Blackberry seakan melangkah sendirian di pasar premium tersebut tanpa ada kejelasan "real produk" kompetitor lain.<br /><br />Jika N97 difungsikan sebagai pesaing Ponsel buatan Apple atau Blackberry, akan lebih baik jika ada nama lain untuk produk di segmen tersebut. Saatnya Nokia harus belajar dari Intel untuk memberi nama produk - produknya. Lupakan Seri. Seri itu cara penamaan yang tidak menjual. Seri hanya layak untuk pemisahan varian dengan perbedaan yang relatif kecil di group segmen yang sama. <br /><br />Bagaimana pendapat anda pembaca?<br />Bagaimana Nokia?</div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-64549103615780701722009-02-07T14:19:00.001+07:002009-08-28T01:26:31.619+07:00RSS Kompas : Tidak ValidHari ini iseng - iseng nambah blog dengan RSS dari situs berita nasional ternama. RSS tersebut dipilah berdasar kategori dan dilist otomatis urut dimana berita terbaru terlist paling atas.<br /><br />Hampir semua RSS berfungsi dengan baik, dalam arti, semua data yang tampil memang sesuai dengan kategorinya, sampai akhirnya ketemu dengan RSS Kompas kategori olahraga. Saat tampil yang keluar adalah berita entertainment. Loh, kok bisa???<div class="fullpost"><br /><br />Usut punya usut, ternyata RSS tersebut memang disisipi berita entertaintment, semacam advertorial dari club - club malam. Setelah saya buka urutannya, berita tentang club malam tersebut ada beberapa biji diantara list berita olahraga yang ditampilkan saat itu. O alah kompas,..kompas. Kok ya sigitunya itu lho cara jualannya. Sampai - sampai kategori tercampur aduk demi iklan.<br /><br />Setelah saya lihat - lihat, Widget RSS ternyata bermanfaat juga.<br /><span style="font-weight: bold;">Pertama</span> : Tidak repot membuka seluruh halaman situs berita tersebut untuk mengetahui berita terbaru, jadi hemat bandwidth.<br /><span style="font-weight: bold;">Kedua</span> : Nggak perlu lihat iklan yang berjejal karena link langsung menuju ke sasaran, tidak perlu parkir dulu di halaman utama.<br /><span style="font-weight: bold;">Ketiga</span> : Tahu kecepatan update berita dari situs - situs ternama plus kualitasnya.<br /><span style="font-weight: bold;">Keempat</span> : Blog saya jadi tambah keren.. *halah*<br /><br />Demikian sekilas info hari ini.<br /><br />Oh, jangan lupa. Kalau anda butuh alamat RSS berita selengkapnya, silahkan tengok <a href="http://poside.blogspot.com/2009/07/daftar-rss-feed-situs-berita-indonesia.html">Daftar RSS Feed Situs Berita Indonesia</a><br /><br /><br /></div>Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0