tag:blogger.com,1999:blog-34135807250910593412024-03-13T09:56:01.295+07:00Poside PostAdminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.comBlogger34125tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-68298044551578677382013-11-20T08:30:00.000+07:002013-11-20T08:30:01.820+07:00Marketing atau Pemasaran Dalam Pemahaman Yang Sederhana<b>Marketing/pemasaran gampangnya adalah suatu mekanisme untuk membuat produk/jasa diterima di pasaran. Konsumennya terus menerus membeli, dan reselernya terus menerus menjual</b>. Mau diistilahkan dan didefinisikan seintelek apapun, intinya ya cuman itu, nggak lebih. Untuk mencapai hal di atas memang tidak mudah dan tiap produk/jasa punya pendekatan yang berbeda - beda, sehingga ilmu di bidang ini jadi sangat kaya dan beragam.<br />
<a name='more'></a><br />
Dari sudut pandang pemasaran, maka selling/menjual adalah bagiannya, dalam arti, selling tidak lepas dari marketing. Terjadinya selling menjadi bagian dari aktivitas marketing secara keseluruhan, bahkan itulah tujuan akhirnya. Contohnya saja, produk di toko tidak akan laku jika pembelinya tidak terpengaruh iklan, sementara toko tidak akan membeli produk dari sales distributor jika tidak ada pembeli yang terpengaruh dengan iklan yang ditayangkan. Sederhananya seperti itu.<br />
<br />
Untuk mencapai hal di atas (konsumen terus beli/reseller terus jual), maka aktivitas marketing dimulai bahkan sebelum suatu produk dibuat. Riset pasar misalnya, hingga kita tahu produk apa sesungguhnya yang diinginkan konsumen. Eksekusi dalam membuat produk diterima di pasaran tidak akan lepas dari hasil riset ini, sehingga aktivitas perencanaanpun menjadi bagian dari marketing. Bisa dibilang, di sinilah start dari aktivitas marketing.<br />
<br />
Marketing menjadi kompleks bukan lantaran prinsip dasarnya, tapi karena kompetisi dengan produk lain yang juga menerapkan konsep - konsep marketing yang serupa. Sebuah liga sepakbola dengan beberapa team, 22 pemain dan 2 gawang, hasil tiap pertandingannya saja kadang sulit diprediksi, apalagi marketing dengan dengan persaingan diantara ribuan brand? Varian kecil saja bisa jadi istilah dan judul buku yang berbeda. Mempelajari teori marketing jadi lebih sulit dibanding mengamalkannya....<br />
<br />
Dalam perjalanan suatu produk, banyak sekali hal terkait marketing (strategi, istilah, definisi, whateverlah...haha) yang terus dikumandangkan (adzan kalee.^_^), yang pada intinya punya esensi yang sama, membuat produk/jasa terus dibeli oleh konsumen dan terus dijual oleh reseller2nya, namun dengan segala macam variasi dan istilah. Marketing adalah ilmu sosial, bukan eksak/sains. Akan jadi salah jika kita kaku dalam memandang marketing, karena ia memang ilmu sosial, yang nilai kebenarannya seringkali berlaku temporer.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-46199324747344445422013-07-11T00:25:00.000+07:002013-07-11T00:37:31.743+07:00Top White Coffie, Membuat Persaingan White Coffie Makin PanasBaru - baru ini, wings meluncurkan produk baru yaitu Top White Coffee. Seperti halnya produk - produk kopi dari wings yang hadir sebelumnya, iapun dijual 2 gratis 1. Untuk lebih menarik reseller, setiap karton bonus 4 buah gelas dan ada gosok - gosok berhadiah di kardusnya Selain itu, seperti halnya semua produk wings, produk inipun dijual dengan sistem tempo.<br />
<br />
<a name='more'></a>Mungkin karena produksinya belum banyak, order pun dibatasi. Toko saya hanya kebagian belasan karton dan itupun langsung habis dibeli pelanggan. Dilihat dari harga, kemasan, dan rasa, Top White Coffie ini sangat menjanjikan, apalagi jika melihat aktifitas promo dari kompetitor - kompetitornya yang kian pelit memberi lebih.<br />
<br />
Berikut adalah pemain white coffee yang bersaing di pasaran sepengetahuan saya. Jika ada tambahan info silahkan ditulis di kolom komentar.<br />
<br />
<b>1. Luwak White Kofie</b><br />
Produk ini adalah pioneer, dan tentu saja sudah punya basis pembeli yang besar. Itu sebabnya maka berduyun - duyun produsen lain ikut serta memperebutkan pangsa pasarnya. Diantara grosir - grosir lain di kota saya, mungkin toko saya yang pertama kali menjual Luwak white kofie. Saya telp kantor pusatnya, lalu diinformasikan telp SPV di area Solo. Dari situ saya order dan dilimpahkan ke salesnya. Karena produk baru, saya coba order 50 karton. Seperti biasa, menjual produk baru perlu banyak cuap2 dan membujuk, baru para langganan mau mencoba. Tak selang berapa lama, produk booming dan permintaan meningkat, dan suplypun mulai tersendat - sendat. Mungkin pabriknya tidak siap menghadapi besarnya permintaan. Saat barang mulai banyak tersedia, tadinya saya pikir toko saya pasti kebagian stok. Ternyata tidak sodara2. Produk dilimpahkan ke grosir senior yang mau membeli dalam partai besar, sementara saya tidak dikasih stok sama sekali. Ini mirip seperti <a href="http://poside.blogspot.com/2012/09/kopi-torabika-riwayatmu-kini.html">kisah kopi torabika dulu</a>. Dan tentu saja, respek saya berkurang drastis.<br />
<br />
<b>2. Kopiko White Coffie</b><br />
Tidak banyak yang bisa saya ceritakan tentang produk ini. Disamping seproduk dengan Torabika -yg saya tidak jual lagi- produk ini pada masa keemasannya (dijual 2 gratis 1) hanya sedikit diproduksi. Saya mendapat produk ini justru dari luar kota. Itupun dengan cara barter. Jika tidak, saya mungkin tidak akan pernah menjual produk ini sama sekali. Semenjak promo 2 gratis 1 berhenti, yang menanyakan produk ini di toko saya praktis tidak ada.<br />
<br />
<b>3. ABC White Coffee</b><br />
Produk ini adalah keluarga terbaru dari brand kopi ABC milik Santos (Kapal api). Saat pertama melunjur, harganya masih promo, jadi cukup menarik untuk dijual. Setelah harganya sama dengan keluarga ABC yang lain (susu, mocca), produk ini jadi tidak menarik dan penjualannyapun terhenti. Saya tidak lagi order produk ini karena stok yang tersisapun hingga saat ini tidak habis - habis.<br />
<br />
<b>4. Grande White</b><br />
Masih merupakan bikinan Santos (Kapal api), produk ini awalnya sangat menarik. Harganya lebih murah, dan dijual 2 gratis satu, dan dikasih tempo lagi. Saya cukup banyak menjual produk ini sampai akhirnya suply tersendat. Saat muncul kembali, promo berubah identik dengan kopiko white. Tidak menarik lagi, dan saya tidak order lagi.<br />
<br />
<b>5. Top White Coffie</b><br />
Pesaing terbaru. Untuk ini, sudah saya bahas di atas.<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-44150497489653114522013-07-01T06:45:00.000+07:002013-07-01T06:45:00.740+07:00Mengapa Iklan TV itu Penting?Di era yang serba modern ini, dengan kemudahan akses internet, dengan makin maraknya mekanisme komunikasi dua arah yang makin mudah dan hemat via social media, mengapa perusahaan masih perlu iklan TV mahal untuk menjangkau audiennya? Pertanyaan ini seringkali muncul karena porsi iklan TV masih saja besar dan menguras dana perusahaan.<div>
<br /></div>
<div>
Dalam opini saya, iklan TV masih punya peran sentral karena hal - hal berikut :</div>
<div>
<ul>
<li>Audien luas/nasional</li>
<li>Audien mendapat materi informasi yang sama dan serentak.</li>
<li>Rentang tayang terkontrol<a name='more'></a></li>
</ul>
<div>
Ketiga hal tersebut menjadi penting bagi produk - produk FMCG (produk konsumer habis pakai) karena untuk bisa menjangkau konsumennya, mereka membutuhkan partisipasi pihak lain seperti pengecer, grosir, agen, dlsb untuk membuat produk sampai ke tangan konsumen. Jika iklan tayang bulan Juli, maka di bulan itulah saat terbaik untuk bisa menjual produk ke reseller. Di masa tayang iklan maka awareness masyarakat terbentuk, baik itu konsumen maupun reseller. Reseller (grosir, pengecer, dst) lebih mudah menerima produk saat mereka aware akan produk tersebut. Meski sales menawarkan produk dengan berbusa - busa, jika reseller tidak aware dengan produk tersebut, seringkali produk diangap tidak bonafid, sehingga deal tidak terjadi. Saat konsumen menghendaki produk dan ternyata di banyak toko tersedia, maka produk menemukan konsumennya, dan itu seringkali diawali dari iklan TV yang membentuk momentum dimana pembeli menjadi tertarik, dan penjualpun berminat menyediakan produk.</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Apa yang mungkin terjadi saat informasi tidak terdistribusi sacara serentak? Skenarionya bisa jadi seperti ini; Saat konsumen mulai banyak yang berminat dan ingin membeli, produk sudah jarang tersedia di toko, atau produk pernah tersedia, tapi akhirnya membusuk di toko, sementara sales yang bertugas mendistribusikannya saat dikontak ternyata sudah dipecat karena jauh dari target penjualan. Semua kecewa.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jika kita perhatikan, suatu produk muncul di iklan TV karena beberapa alasan, diantaranya :</div>
<div>
<ul>
<li>Memperkenalkan produk</li>
<li>Menginformasikan promo</li>
<li>Mengingatkan kembali tentang produk</li>
</ul>
</div>
<div>
Kita seringkali disuguhi iklan - iklan rokok yang jika diperhatikan seakan tidak membawa misi apapun melalui tayangan iklannya. Pada dasarnya, fungsi iklan tersebut adalah untuk mengingatkan, membuat konsumen maupun calon konsumennya aware bahwa produk tersebut ada, lengkap dengan image yang terkait dengannya. <a href="http://health.kompas.com/read/2013/05/31/15332953/Begini.Aturan.Iklan.Rokok">Regulasi tentang iklan terkait rokok</a> memang sangat ketat. Jangankan membujuk orang untuk membeli, wujud rokoknya sendiripun dilarang ditampilkan, sementara bisnis rokok itu sendiri adalah bisnis besar. Iklan rokok di TV itulah yang akhirnya terwujud. Menunjukkan adanya eksistensi dan image yang ingin ditampilkan, tanpa melanggar regulasi. Apakah efektif? Tentu saja, jika tidak untuk apa terus dilakukan? Perokok pemula memilih suatu merk rokok bukan karena rasa, tapi citra, dan itu terekam di benak melalui iklan. Akibatnya, perokok baru makin bertambah saja tiap harinya.</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-68907624814953480062013-06-30T14:32:00.001+07:002013-06-30T14:32:48.288+07:00Jenis - jenis Promo dan Siapa SasarannyaPromosi, terkait suatu produk, itu ada bermacam macam dan fungsi utamanya adalah untuk menghilangkan bottle neck dalam arus penjualan suatu produk. Untuk melihat dimana bottle neck itu sendiri, suatu perusahaan perlu tahu letaknya dimana karena sebuah strategi pemasaran yang dirancang dengan baik hanya akan berhasil jika didasari oleh sumber data yang akurat. Info lapangan secara langsung itu bisa dari konsumen, pengecer, grosir, dan seterusnya terkait aliran produk dari produsen ke konsumen, atau melalui bantuan data dari pihak ke tiga. Jika kita perhatikan, promo itu bisa dipilah sebagai berikut :<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<b>Promo untuk konsumen/end user</b><br />
Promo untuk konsumen dilakukan dengan beragam cara, namun intinya sama, memberikan keuntungan lebih pada konsumen. Contohnya :<br />
<br />
<ul>
<li><i>Beli 2 gratis 1</i>. Promo ini sedang populer, terutama sejak Top coffee menggunakan promo ini untuk memikat calon – calon konsumenya. Dengan kuantiti minimal, end userlah yang akan menikmatinya. Dengan insentif yang menggiurkan, maka diharapkan konsumen mau mencoba produk yang ditawarkan, meski mungkin saja, konsumen tersebut telah loyal terhadap suatu merk favoritnya.</li>
<li><i>Kemasan terbuka lebih murah</i>. Promo seperti ini biasanya dilakukan oleh perusahaan rokok, maksudnya agar produk dicoba/dikonsumsi, tidak untuk diperjual belikan kembali. Dari mencoba, maka jika konsumen puas, ia akan membeli produk melalui jalur distribusi normal setelah lewat masa promosi.</li>
<li><i>Kemasan berhadiah</i>. Promo seperti ini menyasar konsumen dan sangat umum untuk makanan ringan murah (biasanya 500an). Hadiah bisa beragam, bisa tukar produk, tukar uang, undian, dan sebagainya. Dengan target yang didominasi anak – anak, maka hadiah adalah opsi yang paling lumrah dilakukan.</li>
<li><i>Produk banded</i>. Promo seperti ini menggunakan hadiah produk lain sebagai bonus untuk pembelian produk tertentu dan umum dilakukan di pasar modern (swalayan, minimarket, dll). Selain konsumen diuntungkan dengan bonus, produsenpun bisa memperkenalkan produk barunya dengan langsung membuat konsumen mencoba produk baru tersebut sebagai bonus.</li>
<li><i>Potongan harga langsung</i>. Promo ini merupakan potongan/penurunan harga jual secara langsung dalam rentang waktu tertentu. Hal ini seringkali dilakukan saat produk oleh masyarakat dianggap terlalu mahal. Jika dengan penurunan harga peningkatan penjualannya signifikan, barangkali memang sebelumnya produk memang dibandrol terlalu mahal, dan durasi promo bisa jadi diperpanjang, atau kelanjutannya justru jadi harga jual standar.</li>
</ul>
<br />
Promo untuk konsumen pada dasarnya difungsikan untuk meningkatkan daya saing produk di mata konsumen, dalam arti, dengan adanya promo, maka konsumen diharapkan mau mencoba membeli, atau konsumen menjadi lebih memilih produk tersebut dibanding produk kompetitor. Di sisi lain, promo seringkali diperlukan untuk bertahan karena kompetitor melakukan hal serupa dan berimbas pada penurunan market share.<br />
<br />
<b>Promo untuk pengecer</b><br />
Promo ini ditujukan bagi mereka yang menjual produk secara eceran. Keuntungan yang ditawarkan tentunya merujuk targetnya, yaitu memberikan keuntungan lebih pada pengecer. Contohnya :<br />
<br />
<ul>
<li><i>Kuantiti berhadiah</i>. Misalkan saja beli sepak bonus 1 biji, atau beli serenceng bonus 1 biji, beli sepak bonus gosok2 berhadiah, bonus toples, dan semacamnya. Karena yang ditarget pengecer, tentunya kuantiti yang dipersyaratkan harus cocok dengan targetnya. Insentif model ini langsung saat produk dibeli, tanpa perlu ribet dengan hal – hal lain.</li>
<li><i>Display dengan insentif</i>. Dengan membeli produk tertentu dan mendisplaynya, maka suatu toko akan mendapat insentif uang tiap bulannya. Promo seperti ini insentifnya tidak bisa langsung, tapi dengan jadwal dan metode tertentu.</li>
<li><i>Harga murah terbatas</i>. Promo ini merupakan metode yang seringkali digunakan untuk memperkenalkan produk baru. Pengecer diberi harga murah, namun jumlahnya dibatasi. Harga yang diberikan bahkan bisa lebih murah dibanding harga untuk toko grosir/pembelian jumlah banyak.</li>
</ul>
<br />
Pengecer di Indonesia ini jumlahnya teramat sangat banyak. Untuk itu, metode promo memang perlu dibuat sepraktis mungkin agar bisa berjalan lancar dan tidak membutuhkan sumber daya berlebih dalam pelaksanaannya.<br />
<br />
<b>Promo untuk grosir/toko besar</b><br />
Promo untuk grosir besar pada dasarnya mirip dengan promo untuk pengecer, hanya kuantiti yang dipersyaratkan lebih besar, dan tentunya, dengan insentif/hadiah lebih besar pula. Misalkan saja; elektronik, potongan harga khusus, hingga pesiar. Dengan promo grosir, maka diharapkan toko fokus dalam menjual produk yang dipromo dan menganak tirikan produk kompetitor.<br />
<br />
<b>Promo Supermarket/Chain minimarket</b><br />
Market modern besar selain sebagai kanal distribusi, juga punya fungsi sebagai media beriklan karena mereka biasanya membuat leaflet/punya sistem publikasi mandiri. Selain itu, dengan variasi pelanggan yang beragam dan omset yang besar, supermarket seringkali mendapat promo – promo khusus dari produsen yang berujung pada harga jual super murah. Dengan harga murah yang ditawarkan supermarket, maka dimungkinkan suatu produk tersebar hingga diluar rantai distribusi organiknya melalui sales/trader freelance (sales mandiri/tidak digaji perusahaan), meski mungkin beresiko mengebiri omset dari distributor lokal produk tersebut.<br />
<br />
Nah, dari promo – promo yang ada, maka selalu ada tengat waktunya, dalam arti, promo tidak berlaku selamanya. Promo tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan bottle neck, atau kendala di titik - titik tertentu dalam aliran produk dari produsen ke konsumen, dan promo ada durasi karena secara periodik perlu dievaluasi untuk melihat hasilnya.<br />
<div>
<br /></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-58759012004759193382013-06-23T11:05:00.000+07:002013-06-23T11:05:08.592+07:00Kontes Video Iklan via YoutubeIklan TV dibuat dengan biaya mahal, ditayangkan dengan tarif yang mahal, untuk menyasar konsumen yang kian hari kian akrab dengan gadget dan internet. Bagi mereka yang tradisional atau mereka yang ingin dampak cepat dalam waktu singkat untuk memasarkan produk baru mereka, hal itu masih bisa dibilang wajar. Namun, untuk brand – brand lama yang tidak ingin popularitasnya tergerus, ada beberapa alternatif yang bisa dipilih untuk mempertahankan popularitas brand mereka. Salah satunya via Youtube.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Youtube punya rentang tayang fleksibel dan masa hidupnyapun saya rasa panjang kalau melihat bahwa yang membackup adalah Google, raksasa internet dengan kapitalisasi pasar sangat besar. Youtube adalah media murah untuk cost per view iklan yang rendah dan durasi tayang panjang. Untuk suatu kategori produk, menjadi brand dominan di Youtube adalah kesempatan yang sebaiknya tidak diabaikan.<br />
<br />
Menjadi dominan di Youtube tidak mungkin bisa dilakukan jika suatu brand hanya punya 1-2 video di sana. Perlu ada puluhan atau ratusan untuk bisa mendominasi. Untuk itu, butuh suatu metode untuk mencapainya, dan salah satu cara yang mungkin adalah melalui suatu kontes video iklan yang diupload oleh kontestan. Video yang dibuat siapa saja selama bermuatan positif dan meningkatkan awarenes terhadap produk adalah hal yang positif, terlepas dari kualitas video tersebut. Ada beberapa alasan mengapa hal itu layak dilakukan, diantaranya :<br />
<br />
<ul>
<li>Gadget semakin canggih, bahkan kamera ponsel dengan resolusi 5 Mpix sekarang adalah hal yang lumrah.</li>
<li>Youtube makin sering diakses. Selain karena perkembangan infrastruktur yang makin baik, youtube menjadi menarik karena merupakan gudang video dari seluruh penjuru dunia, bahkan banyak acara TV mengambil video yang merupakan courtesy Youtube.</li>
<li>Kreativitas itu milik siapa saja, dalam arti, dari sekian ratus juta orang Indonesia, pasti ada yang punya ide – ide istimewa untuk bisa menjadi konsep sebuah iklan yang baik. Jadi, tema iklan tidak selalu harus dibuat oleh sebuah tim kreatif, karena anak SMP yang bisa mengoperasikan ponselpun bisa jadi sangat kreatif.</li>
<li>Punya dampak meski tidak tayang di TV. Iklan yang tayang di youtube, meski buatan perseorangan, bukan corporate, tetap punya visitor. Dapat dilihat dan diakses siapa saja, kapan saja, sengaja atau tidak sengaja.</li>
</ul>
<br />
Iklan yang dibuat siapa saja, tentu saja punya konten yang beragam, bahkan bisa juga punya tendensi yang kurang bagus/kontra dengan brand itu sendiri, namun efek viralnya tetap ada, dan itu tetap meningkatkan awareness terhadap brand meski perlu ada effort tambahan untuk terciptanya image bagus terhadap brand tersebut.<br />
<br />
Untuk membuat kompetisi, tentunya perlu ada hadiah dan metode pelaksanaan. Perlu difikirkan dengan baik untuk hal ini, dalam arti, suatu project dapat dibilang berhasil jika hasilnya lebih besar dari modalnya, karena pada dasarnya, ini bisnis. Dan dalam bisnis, perhitungan yang ada adalah untung rugi, bukan yang lain.<br />
<div>
<br /></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-30189424419324162362013-05-23T22:36:00.001+07:002013-05-23T22:36:20.599+07:00Tantangan Toko Sebagai Sebuah Brand<br />
Sebuah toko tentunya mempunyai nama, dan nama mengemban filosofi layaknya sebuah brand. Sebagai pemilik toko,tentunya kita mengharapkan segala hal yang terbaik terkorelasi dengan toko kita, misalkan saja :<br />
<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Paling ramah<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Harga termurah<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Layanan cepat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bersih dan rapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lengkap<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dll<br />
<br />
Meskipun itu adalah harapan yang wajar, namun dalam pelaksanaannya, menjaganya bukanlah hal yang mudah. Semakin ramai pengunjung, semakin sulit untuk menjaganya, dan pada akhirnya, ada beberapa hal yang perlu menjadi fokus untuk lebih diprioritaskan, tentunya dengan mempertimbangkan tingkat kompetisi yang kita hadapi dan resource yang kita miliki.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<b>Paling ramah</b><br />
Jika sebuah toko kita kelola sendiri tanpa karyawan, menjadi toko paling ramah tidak terlalu sulit dilakukan. Namun seiring waktu, dengan jumlah pelanggan yang makin variatif dan jumlah karyawan yang bertambah, kadang kala hal yang remeh ini menjadi perkara sulit. Kembali pada realitas bahwa kita tidak bisa memuaskan semua orang, pada akhirnya kita harus merelakan pelanggan – pelanggan sulit, atau kita merelakan karyawan – karyawan dengan tingkat kesabaran terbatas.<br />
<br />
<b>Harga termurah</b><br />
Harga termurah mungkin tetap bisa dijaga dengan baik saat jumlah produk yang kita jual terbatas, tapi jika jumlah variannya sudah mencapai ribuan, itu bukan hal mudah. Ada pelanggan - pelanggan tertentu yang hanya membeli beberapa item barang, dan saat kita tidak lagi mampu berkompetisi untuk menjadi yang termurah untuk produk tersebut, saatnya mengucapkan selamat tinggal pada langganan. Kembali lagi, kita tidak bisa memuaskan semua orang.<br />
<br />
<b>Layanan cepat</b><br />
Layanan cepat terjadi saat jumlah pelanggan yang ada bisa dihandle sempurna oleh jumlah karyawan yang kita miliki. Ada saat tertentu dimana persyaratan tersebut tidak terpenuhi, dan tentunya, ada pelanngan yang tidak mau memaklumi. Kembali, ada pelanggan yang hilang dari toko kita.<br />
<br />
<b>Bersih dan rapi</b><br />
Tentunya ada prosedur standar untuk membuat toko kita bersih dan rapi, tentunya dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan dari seluruh personil yang kita miliki. Ada waktunya tingkat kebersihan dan kerapian ada di bawah standar yang seharusnya, apalagi dengan keberagaman jenis pelanggan yang kita miliki. Beberapa pelanggan yang merasa kondisi toko kita ada dibawah standar mereka, tentunya mereka akan kecewa, dan mungkin tidak akan berbelanja lagi.<br />
<br />
<b>Lengkap</b><br />
Setiap pelanggan ingin produk yang mereka inginkan ready stok kapan saja. Realitasnya, varian produk semakin banyak, ada beberapa yang tumbuh, ada beberapa yang tereliminasi dan kian hilang dari peredaran. Pelanggan juga sama. Ada yang berevolusi dan beradaptasi, ada pula yang konservatif dan stagnan. Jika kita ada di jalur cepat dengan beragam perubahannya, kita harus siap – siap pula kehilangan pelanggan – pelanggan konservatif yang teramat loyal dengan produk yang itu – itu saja, meski makin jauh ketinggalan jaman..<br />
<br />
Memang memuaskan semua orang itu tidak mungkin. Meskipun begitu, kita harus memandang diri kita sebagai subyek, bukan sebuah obyek dimana persepsi orang lain dengan mudah mengombang ambingkan penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Dalam arti, kita harus punya standar. Standar keramahan yang baku, standar harga yang tetap saling menguntungkan, tingkat kecepatan layanan yang optimal bagi tiap2 karyawan, dan seterusnya. Seleksi adalah kewajaran, yang terpenting kita telah memiliki standar dalam menjaga nama toko, layaknya brand dengan beragam hal dengan aneka korelasinya. Standar itu adalah usaha terbaik yang mampu kita lakukan. Dengan usaha terbaik, kita mendapat hasil terbaik, meski bukan untuk semuanya, meski tidak untuk menggapai segalanya.<br />
<div>
<br /></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-47875308627979293502012-12-13T21:46:00.002+07:002012-12-14T22:57:17.563+07:00Soklin Smart 900g, Piringnya Bikin KecanduanDari sekian banyak produk deterjen dari wings, akhir - akhir ini yang cukup booming adalah soklin smart 900g. Bahwa deterjen itu bikin pakaian jadi bersih dan wangi, itu sudah biasa. Yang membuat produk satu ini cukup menggoda adalah piringnya. Sebuah piring keramik cantik terbundling sebagai hadiah langsung untuk pembelian soklin smart 900g.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Pada awalnya, awareness terhadap produk ini rendah, jadi hanya beberapa ibu rumah tangga saja yang rutin belanja produk ini, koleksi piring ujar mereka. Namun semenjak hipermarket menjual produk ini dengan diskon besar, sales - sales freelance berlomba - lomba menjajakan soklin smart hingga pelosok kampung (mungkin sampai puncak gunung n dalam hutan malah..haha) demi mendapat untung lumayan. Jika harga standar adalah 78rb/karton isi 6, saat diskon harganya bisa dibawah 65rb/karton. So, jika sehari bisa habis 100 karton saja dengan profit 5000, silahkan dikalikan saja untungnya.<br />
<br />
Produk ini pada dasarnya punya potensi menjadi produk regular, terus menerus laku (selama ada piring keramiknya), hanya saja belum banyak yang tahu. Jika tahupun penyebarannya belum merata. Semenjak ada promo harga murah, permintaan meningkat cukup signifikan meski harga akhirnya kembali ke harga standar distributor resmi, 78rb.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-90242168997284657392012-11-22T21:35:00.000+07:002012-11-22T21:35:30.988+07:00Sarimi Gelas vs Migelas, Indofood vs MayoraSetelah malang melintang di pasar mie dalam gelas selama bertahun - tahun, akhirnya Migelas punya kompetitor kuat. Baru saja Indofood meluncurkan produk mie dalam gelas melalui brand Sarimi. Sarimi gelas. Ada 3 varian rasa , yaitu ayam, soto, dan kari. Agak aneh juga mengapa yang rasa baso tidak ada, padahal untuk migelas, rasa baso relatif paling laku dibanding varian rasa yang lain. Meski begitu, jika ditilik dari gramatur dan harga, Sarimi gelas jauh lebih unggul. Kalau rasa, masyarakat yang akan menilainya.<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Baru saja migelas menaikkan harga jual produknya hingga 20%. Sangat berani menurut saya mengingat gramatur/berat netto produk justru berkurang dari 32g menjadi 28g. Terigu 28g dikasih bumbu harganya seribu? Yang benar saja nih Mayora. Dengan harga yang sama, konsumen bisa mendapatkan mie rebus dengan berat netto dua kali lipatnya, bahkan lebih. Tidak heran meski pasarnya mungkin tidak terlalu besar, ada perusahaan lain yang ingin masuk ke pasar tersebut, dan kebetulan yang masuk adalah rajanya mie. Indofood.<br />
<br />
Bagaimana kira - kira persaingannya? Untuk sementara ini belum terlihat. Sarimi gelas baru saja beredar, iklanpun belum, animonya belum terbentuk, sementara migelas sudah jalan bertahun - tahun. Namun kalau dilihat potensinya, kans Sarimi gelas menggusur migelas cukup besar. Dimiliki perusahaan dengan basis dana yang kuat, distribusinya sangat merata, dan produknya berkualitas dengan bandrol harga lebih murah. Mayora sebagai produsen migelas patut waspada. Hampir semua lini produknya kini ada pesaingnya. Yang sedikit melegakan, yang dipakai untuk berkompetisi adalah brand Sarimi, bukan Indomie sebagai brand utama. Dalam kacamata saya, brand Sarimi seringkali digunakan untuk eksperimen. Dari sarimi isi 2, sarimi soto koya, dan sekarang sarimi gelas. Dalam arti, sebagai eksperimen, jika nggak laku - laku banget sudah biasa, bisa dimaklumi.<br />
<br />
Produk sarimi gelas sudah ada di pasaran. Yang layak ditunggu sekarang adalah iklannya. Eh,.. udah muncul belum ya iklannya?<br />
<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-30385974573573381542012-11-21T21:21:00.001+07:002012-11-21T21:21:22.997+07:00Indomie Goreng Cabe HijauProduk mie goreng dari Indofood sebenarnya sudah banyak sekali. Dari indomie goreng biasa, jumbo, versi premium dengan mie keriting, hingga versi pop mie. Itu belum yang diusung merk lain. Sarimi goreng isi 2 misalnya. Setelah sebelumnya muncul indomie goreng rendang, kini muncul satu varian rasa lagi. Indomie goreng cabe hijau.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Di tempat saya, performa Indomie memang kalah dibanding Mie Sedaap, baik versi goreng maupun versi rebusnya. Untuk mie sedaap, yang variatif hanya yang versi rebus, sementara yang goreng hanya ada 2 varian, itupun yang rasa sambal goreng kurang laku. Alih - alih bertarung di genre yang sama, Indomie justru memperbanyak varian rasa di jenis mie goreng. Apakah strategi seperti ini efektif meningkatkat omset, market share? Nampaknya iya,kalau tidak, varian yang ada mungkin berhenti di indomie goreng rendang,<br />
<br />
Saya sendiri mencoba menjual varian satu ini. Nggak banyak, cuman 10 dus buat coba - coba, mumpung masih promo.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-71045625419633275382012-10-21T21:49:00.001+07:002012-11-22T22:22:03.712+07:00Rinso Kilo, Kian Hilang Dari PeredaranSudah lebih tiga bulan semenjak harganya naik, toko saya tidak menjual rinso anti noda versi 900g. Untungnya, yang mencari produk tersebut kian hari kian jarang. Yang tersisa dari merk rinso hanya versi renceng seribuan. Harganya masih kompetitif dibanding para kompetitornya.<br />
<br />
Selain kian mahal, produk deterjen bubuk milik unilever itu juga kian jarang muncul di TV. Sayang juga sebenarnya, untuk produk yang masih punya basis pelanggan setia, ia harus keluar dari rentang harga logis untuk terdistribusi secara massal. Attact yang berbandrol lebih mahal, lebih mudah ditemui harga miringnya di pasaran. Dalam arti, attact lebih punya ruang gerak distribusi alami melalui rentang harga tersebut untuk sampai ke outlet - outlet dimana produk tersebut menemukan real customer yang mau membeli di harga eceran standar.<br />
<br />
Entah bagaimana kinerja unilever sekarang. Yang saya tahu, beberapa produknya masih jadi idola, namun ada juga yang gagal atau menurun pasarannya, sepert Viso, surf, dan mungkin juga Rinso. Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-4055485579745246302012-10-21T01:37:00.000+07:002012-11-22T22:22:16.907+07:00Bintang Toedjoe, Bejo Yang Masuk AnginSebulan ini, iklan bejo masuk angin sering sekali terdengar di radio, juga nongol di TV. Dalam kurun waktu tersebut, tidak ada satupun pengunjung toko saya yang minta produk yang diiklankan. Yang laku masih saja antangin dan tolak angin, bukan yang lain.<br />
<br />
Iklan orang bejo, mungkin banyak yang tahu, tapi sejauh ini orang tidak aware dengan produk yang diiklankan, dan tentunya, tidak ada keinginan untuk mencoba. Kalau dipikir - pikir, apa yang diharapkan tim pemasar dari bintang toedjoe dari iklan tersebut? Sebutan bintang toedjoe masuk angin saja sudah terlalu sulit diingat, ditambah lagi dengan iklan yang fokus pada kata 'bejo'. Bejonya sangat diingat, tapi produknya enggak.<br />
<a name='more'></a><br />
Antangin dan tolak angin sudah sangat lekat di masyarakat. Keberadaan produknya sudah tersebar luas, distok oleh hampir semua toko. Yang ingin masuk ke pasar obat masuk angin tentunya harus benar - benar punya nilai tambah intrinsik yang khas, tidak sekedar bermodal dana untuk iklan. Sejauh ini, Bintang toedjoe memang hebat sebagai pioneer dengan Komix dan Extra joss, tapi sebagai penantang, performanya nggak bisa dibilang bagus. Boros budget di awal dengan hasil yang sukar diharapkan.<br />
<br />
<b>tambahan :</b><br />
Walah... malah banyak orang yg ngertinya iklan bejo itu iklan antangin... Logis juga sebenarnya, kan yg lagi rame di pasaran antangin vs tolak angin. Orang bejo vs orang pintar. Yang bikin iklan bintang toedjoe, yang ngerasain efeknya antanginnya deltomed. Aneh....<br />
<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com19tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-17384085117541463622012-10-13T21:43:00.001+07:002012-12-09T17:43:07.639+07:00Big Cola, Saingan Terberat Untuk Coca ColaMungkin sudah banyak dari rekan rekan yang sudah mencoba mengkonsumsi Big cola, minuman ringan berkarbonasi murah dari Aje. Variannya komplit, dari cola, lemon, strawberry, hingga orange. Semua rasa yang ada berkompetisi langsung dengan coca cola dengan variannya sprite dan fanta.<br />
<br />
Dengan harga jual eceran hanya 3000 untuk 500ml minuman berkarbonasi siapa yang nggak mau coba, padahal kualitasnya relatif setara. Bisa dibilang Aje big ini sudah mampu menggantikan keberadaan coca cola di banyak lokasi. Di tempat saya misalnya, 650 pak(lusin) Big cola habis dalam 3 hari. Mo order lagi barang udah habis, harus nunggu seminggu lagi. Saat ini inden sudah ratusan pak, barang belum datang. Bisa dibilang, dengan harga jual saat ini, big cola sudah mampu menggantikan coca cola.<br />
<a name='more'></a><br />
Bagaimana dengan coca cola? Sebenarnya saya juga tadinya menjual coca cola. Saya punya beberapa krat coca cola botol yang tadinya saya jual rutin, tapi sekarang tidak lagi. Semua krat berikut botolnya saya kembalikan ke distributor karena satu alasan, distributor tidak mau menerima penukaran hadiah tutup botol. Dulu, coca cola bikin promo hadiah tukar produk di tutup botolnya, bertuliskan, promo berlaku hingga 15 januari. Tanggal 5 januari saya mengklaim hadiah tsb ke pihak distributor, tapi klaim ditolak dengan alasan hadiah yg masuk sudah banyak, jd tidak menerima hadiah lagi. What? Aneh sekali. Saya rugi ratusan botol untuk penukaran hadiah. Karena emosi saya minta krat coca cola saya ditarik semua berikut botolnya, dan saya nggak jual coca cola lagi. Kebetulan ada big cola, jadi saya ajak pelanggan saya pindah ke big cola. Untungnya pada mau, dan sekarang malah booming. Ya sudah, tidak ada coca cola, sekarang ada big cola. Lebih murah, lebih laris, dan nggak repot.<br />
<br />
<b style="text-decoration: underline;">UPDATE </b>Desember 2012<br />
Bad news saudara - saudara. Sales bigcola mulai nyari untung sendiri. Produk langsung dijual ke langganan - langganan saya dengan harga lebih tinggi. Saya nggak disuplai lagi dengan dalih bermacam - macam. Sudah sebulan ini stok kosong. Kabarnya, diluaran harganya nyampe 33rb - 34rb per pak, padahal eceran cuma 3000, alias dapat ngecermya cuman 36rb per pak.<br />
<br />
Memang susah membesarkan produk baru jika endingnya seperti ini. Para pelanggan banyak yang minta produk, sementara stok tidak tersedia karena memang disengaja pihak suplier. Kelemahan distribusi paling fatal adalah <b>tidak bisa menjaga kontinuitas suplai produk</b>. Hal seperti ini pula yang membuat saya enggan juga menjual produk - produk Aqua. Pas lagi laris suka dimainkan sendiri oleh supliernya, entah itu salesnya atau siapa yang jelas harga dan suplainya tidak stabil.<br />
<br />
Sementara ini, yang saya push adalah floridina dan coca/fanta/sprite seru. Floridina tentunya jadi prioritas pertama, karena selama ini suplai wings paling stabil, sementara cola/sprite/fanta menjadi alternatif karena selain nggak butuh krat, distributornya ngasih kemudahan karena komplain saya atas kasus sebelumnya.<br />
<br />
Sebuah pengalaman berharga untuk saya. Seperti inilah dinamika bisnis. Jika tadinya saya gencar menjajakan big cola, kini tidak lagi. Biarlah yang mendapat budget promo saja yang cuap - cuap. Toko cuma sebatas menyediakan produk, itupun kalau suplai ada.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-86991090553776015002012-10-03T21:53:00.001+07:002012-11-22T22:23:42.906+07:00Kapal Api Susu 2 Gratis 1Performa fresco dalam menghadang top coffee nampaknya kurang menggembirakan, hingga akhirnya muncul kapal api susu dengan promo 2 gratis 1. Baru minggu ini promonya keluar. Harga dari distributor tetap sama dengan kapal api susu versi sebelumnya. Promo tukar bungkus versi lama praktis tidak ada lagi, juga memberikan kesimpulan kalau torabika susu bukan lagi dianggap kompetitor berat karena dengan perubahan promo ini, membuat hanya torabika saja yang masih memberikan promo tukar bungkus tanpa ada pesaing. Perang kopi berlangsung dengan metode 2 gratis 1.<br/><br/>
Bagaimana kira - kira performa kapal api susu dalam menghadang top coffee? Kalau menurut saya sih, kurang berhasil. Seperti saya tulis di post sebelumnya, kemenangan top coffee ada di term pembayaran yg membuat ketersediaannya di pasaran terjaga. Jaringan distribusi wings, dari yang besar hingga yang kecil mendapat fasilitas tempo yg sifatnya reguler, bukan temporer atau by item saja. Produk kopi pemain besar pada dasarnya punya kualitas setara, dalam arti, faktor2 lain diluar produk itu sendiri yang pada akhirnya menentukan produk itu berhasil atau gagal di pasaran.
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-88605609980563224852012-09-27T00:02:00.001+07:002012-11-22T22:23:42.907+07:00Attact Easy 6+1, Menarik, Nggak Ada Yang TahuMungkin sangat sedikit yang tahu, kalau attact easy 1000an sedang ada promo 6+1, alias beli 6 dapat gratis sebiji. Sebenarnya aneh juga. Sebuah perusahaan bikin promo, tapi tanpa iklan dan publikasi macam2. Lantas ngapain bikin promo? Aneh...
<br/><br/>
Pasar deterjen 1000an didominasi oleh produk unilever dan wings, sedang attact dari kao yang sebenarnya juga produk dengan kualitas bagus, tidak cukup kuat penetrasinya, setidaknya di area saya. Animo terhadap attact terbatas, otomatis retailerpun menyediakannya dalam jumlah terbatas, meski dengan promo 6+1 sekalipun.
<br/><br/>
Kalau melihat model promosinya, target program ini adalah pengecer, atau ibu rumah tangga yang sensitif harga. Tipe yang belanja di warung sebelah, bukan ibu ibu yang belanja di mall mall besar di pusat kota. Produk harusnya ada di warung - warung kecil yang entah berapa ratus ribu jumlahnya. Sebuah tantangan yang besar untuk produsen dengan varian produk terbatas.
<br/><br/>
Apa yang diharapkan kao untuk program ini kurang begitu jelas. Kalau memang ingin meningkatkan market share, setidaknya ada program pajangan agar produknya terdisplay, nggak ngumpet tertimbun produk lain di rak rak toko. Iklan tv nggak, dipajang di rak juga nggak, rasanya promo 6+1 jadi mubazir.
<br/><br/>
Kalau pendapat saya sih, program pajangan adalah pilihan bagus. Toko dikasih target lebih bagus. Durasi program pajangan dirancang hingga produk flow dan kokoh pangsa pasarnya lebih bagus lagi.
Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-73608516533267748952012-09-21T01:15:00.001+07:002012-09-21T15:52:26.320+07:00Alfamart, Indomaret, dan Retailer TradisionalPertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi dalam negri yang tinggi membuat prospek bisnis retail makin menarik. Tidak hanya mall - mall besar yang berekspansi, minimarket pun menjamur hingga pelosok kecamatan.
Alfamart dan Indomaret mungkin paling agresif diantara yang lain. Ditopang beragam fasilitas yang membuat konsumen merasa nyaman, dua perusahaan itupun tentunya mendapat support dari produsen dengan potongan harga istimewa. Tampak sangat superior bukan?<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Pertanyaannya kemudian, bagaimana pedagang lain bisa bersaing dengan dua francise tersebut? Kalau menurut saya sih mudah. Jangan bersaing. Keduanya terlalu masif untuk dijadikan kompetitor. Ada alternatif lain yang sama - sama menguntungkan. Berikut ini beberapa kelebihan indomaret alfamart dan cara memanfaatkannya :<br />
<br />
1. Promo harga murah.<br />
Dari sekian banyak produk yang dijual, ada beberapa produk yang memang dijual dengan harga sangat murah. Produk murah biasanya dengan beberapa limitasi, seperti durasi jual yang singkat, stok terbatas, atau pembelian bersyarat. Ini bisa dimanfaatkan pedagang kecil. Dengan adanya dua minimarket tersebut, pedagang kecil bisa mendapat produk dengan harga murah tanpa perlu membeli dalam jumlah besar.
<br />
<br />
2. Setting harga jual<br />
Produk bermacam - macam dan kelebihan (atau kelemahan?) modern market adalah, harga produknya ditulis di etalase. Ini mempermudah siapapun, termasuk toko kelontong kecil, untuk memilah varian. Produk apa yang bisa bersaing, dan mana yang patut dihindari. Minimarket variannya terbatas, jadi masih banyak varian lain dimana dua minimarket tersebut tidak menyediakannya.<br />
<br />
Meski minimarket modern menjamur, tapi konsumsi masyarakatpun bertambah. Variasi produk, timing jual, dan ketersediaan stok mampu membuat pedagang tradisional bertahan di tengah gempuran minimarket modern.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-8085260005957518262012-08-04T17:32:00.000+07:002012-11-22T22:23:42.905+07:00Marjan vs ABC vs Freiss Indofood, Perang Rutin Setahun SekaliSyrup sangat identik dengan lebaran. Setiap kali bulan puasa datang, beragam merk minuman syrup botolan terpajang di supermarket hingga warung - warung kecil dalam gang. Perang antar merk berlangsung rutin setahun sekali.<br />
<br />
Dari sekian banyak merk, persaingan yang paling kentara melibatkan 3 kontestan. Marjan, ABC, dan Freiss Indofood. Dalam menjaring animo konsumen via iklan TV, hanya Marjan yang menggunakan pendekatan emosional. 2 yang lain fokus menjual produk secara teknis, mengedepankan nilai tambah produk mereka masing masing. ABC berinovasi dengan botolnya yang unik, sementara Indofood memperkenalkan syrup dengan kandungan madu. Meski begitu, dalam hal menarik minat konsumen, nampaknya Marjan masih selangkah di depan.<br />
<a name='more'></a><br />
Jika bicara kualitas, ketiganya bisa dianggap setara. Untuk distribusi, Indofood jelas paling unggul. Dengan melihat data penjualan (di toko saya sendiri), untuk 2 minngu pertama ramadhan, Marjan tetap duduk di peringkat pertama, disusul oleh ABC squash, baru kemudian yang lain. Tapi bicara tahun kemarin, posisi penjualan bisa saja berbalik. Tahun kemarin syrup Freiss mengoverlap Marjan dalam hal penjualan, setidaknya di toko saya ^_^. Mengapa begitu? Seperti kita tahu, syrup bukanlah produk rutin. Lakunya hanya setahun sekali. Meski Marjan lebih banyak peminat, namun hanya Freiss yang memberikan jaminan retur produk jika pasca lebaran produk tersebut tidak habis terjual. Dalam arti, beberapa hari menjelang lebaran, syrup Marjan maupun ABC sudah out of stock. Habis, dan toko tidak berani order lagi. Jadi tinggal Freiss yang tersisa, tanpa kompetitor. Ya sudah, paling laku deh....^_^.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-12233946222324019872012-08-02T23:15:00.000+07:002012-11-22T22:23:42.900+07:00Aqua, Kekuatan MerkJika bicara masalah merk dan kekuatan sebuah merk, mungkin Aqua bisa dijadikan contoh paling ideal. Air putih yang dikemas. Secara nalar, menduplikasinya adalah hal yang teramat mudah. Air putih lho, bayangkan! Jika air putih merk lain dalam kemasan gelas harganya sekarton ada di kisaran 12 - 15 ribu, Aqua bisa dijual di angka 22 - 25 rb, dan tetap paling laku. Dengan kelebihan yang kurang signifikan (air putih ya gitu - gitu aja rasanya), merk Aqua bisa laku hampir 2x lipat lebih mahal. Kok bisa ya? Tanpa mempertimbangkan apa yang terkandung di dalamnya, masyarakat dapat memaklumi bahwa Aqua mahal itu adalah hal yang wajar. Pembeli Aqua tidak lagi membeli secara rasional, tapi sudah ke emosional. Mereka tidak membeli air putih, tapi memang membeli merk.<br />
<br />
<br />
<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-67432683012837937072012-07-25T10:11:00.001+07:002012-11-22T22:23:42.903+07:00Top Coffee vs Fresco, Wings vs Kapal ApiBeberapa minggu terakhir mungkin jadi hari - hari yang sibuk untuk mereka yang bekerja di PT Santos Jaya Abadi, produsen kopi kapal api, kopi ABC, Goodday, Grande, dan Fresco. Kompetitor kelas berat masuk ke lahan bisnis mereka. Wings, masuk ke pasaran kopi dengan membawa brand Top Coffee, yang iklannya gencar, tidak kalah dengan penetrasi produknya.<br />
<a name='more'></a><br />
<span style="background-color: white;">Kapal api nampaknya tidak ingin menjadi Indofood ke 2, yang market share mie instantnya banyak tergerus oleh hadirnya mie sedaap bikinan Wings. Kapal api cukup sigap menyambut tantangan Wings dengan menghadirkan Fresco. Kopi yang dijual dengan program promo 2 gratis 1, identik dengan metode jual Wings untuk Top Cofee. Pertanyaannya, apakah Fresco mampu membendung Top Coffee? Apakah kehadiran Fresco bukan sebuah kesalahan?</span><br />
<br />
Pada awal kemunculannya, Top Coffee hanya punya dua varian, yaitu kopi susu dan kopi gula. Fresco pun sama. Kopi susu, kemudian disusul dengan kopi gula. Semuanya berjenis kopi dengan ampas, alias kopi tubruk. Yang jalan kencang cuma yang pakai susu, yang versi kopi gula agak ngadat alias tidak begitu laku. Dari sekian banyak yang beredar, Santos (Kapal api) memang menjadi leader dengan brand beragam. Sebut saja ABC susu, Kapal api susu, Ya!susu, ditambah lagi Fresco. Harga ABC susu terlalu tinggi untuk dijual ecer Rp 1000,- , yang akhirnya dibuat serenceng isi 11pcs untuk membuatnya tetap menarik. Kapal api susu dijual ecer Rp 1000,- , harga per rencengnya setara dengan kompetitor lain macam Torabika susu atau Nescafe tubruk. Ya!susu harganya nanggung, dijual 1000an kemahalan, dijual kurang dari itu repot ngasih kembalian receh, jadi kurang populer bagi banyak pedagang tradisional. Top Coffee dengan cerdik menghindari harga 'nanggung', namun tetap terasa jauh lebih murah. Seribuan, tapi beli 2 dapat tambahan gratis 1. Hal ini pula yang mungkin membuat Kapal api perlu sebuah brand lagi untuk melawan Top Coffee, brand dengan metode jual 2 gratis 1, tanpa perlu mengorbankan brand - brand lama yang relatif sudah mapan di pasaran.<br />
<br />
Dari sisi kualitas, Fresco jelas berkualitas. Rasanya lebih enak dan harganya diposisikan di bawah Top Coffee. Dari sisi pemasaran, yang saya tahu, iklan TV nya tidak kalah gencar dengan Top Coffee. Untuk aspek pemasaran lain yang sifatnya BTL, saya kurang tahu. Untuk distribusi, lebih tepatnya masalah term pembayaran, keduanya memiliki perbedaan yang menyolok, setidaknya di area saya. Produsen kopi menjual produknya dominan dengan metode hard cash. COD. Sementara, produk - produk Wings dijual dengan sistem tempo. Jika toko ditanya lebih suka mendapat barang tempo atau cash, sudah bisa dipastikan mereka akan memilih tempo. Pada awalnya, Fresco mungkin dijual juga dengan sistem tempo untuk mendapatkan pasaran, namun semua juga tahu, pada akhirnya para pedagang itu tetap harus membayar cash untuk mendapatkan Fresco, seperti halnya produk - produk Kapal api yang lain. Dari sini tampak jelas bahwa membesarkan Top Coffee lebih menarik dibandingkan membesarkan Fresco. Makin besar Top Coffee, makin besar cash in, sementara untuk Kapal api, makin laku, makin besar cash out di awal, padahal seperti umumnya produk laku, profitnya tipis. <span style="background-color: white;">Wings vs Kapal api tidak sama dengan Wings vs Indofood atau Wings vs Unilever yang menyediakan fasilitas/metode pembayaran yang serupa.</span><br />
<br />
Banyak pedagang mungkin berharap Top Coffee menjadi dominan, namun selera masyarakat itu soal lain. Di tempat - tempat dimana mie sedaap mendominasi, alasan mie tersebut dibeli bukan lagi lantaran harga, tapi karena rasa. Harga murah sekedar pintu masuk untuk membuat calon konsumen mau mencicipi. Seberapa besar penetrasinya/market share yg didapat bergantung pada kualitasnya. Pendapat saya pribadi, dari sisi rasa, produk kapal api sebenarnya masih lebih unggul dibanding Top Coffee (setidaknya untuk saat ini). Top Coffee tetap akan punya pangsa pasar tersendiri, hanya saja tidak akan menjadi dominan jika Kapal api bisa menjaga kanal distribusinya. Jika sampai pangsa pasarnya tergerus banyak, kekalahan Fresco (dan mungkin produk Kapal api yg lain) lebih mungkin karena banyak toko out of stok produk Kapal api, sementara Top Coffee selalu full stock. Yang jelas bukan lantaran kalah harga atau kalah kualitas.<br />
<br />
<b>Update : 12 Nov 2012</b><br />
Semenjak ada promo 2 gratis 1, penjualan Kapal api susu meningkat lumayan pesat. Budget cash 5 jutaan untuk produk kapal api habis dalam 3 hari, padahal biasanya cukup untuk 1 minggu. So, meski yg diminta produk 2 gratis 1 adalah kapal api susu, hari - hari selanjutnya jualannya ya tetep Top Coffee, yg stoknya lumayan banyak karena emang nggak harus beli cash. Batasan penjualan Top coffee adalah animo pembeli, sementara batasan penjualan Kapal api adalah budget pedagang. Maklumlah pedagang kecil. Budget 5 jutaan aja rasanya udah ngos - ngosan, haha... Paling2 orderan mendatang terpaksa order ABC susu dikurangi, dan fresco praktis nggak jual lagi.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com23tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-27514096664019361642011-12-25T11:05:00.001+07:002011-12-25T12:57:43.704+07:00Pembeli Memilih, Penjual MemilihSebagai pembeli, konsumen, kita adalah makhluk yang pemilih. Kita memilih produk yang kita sukai, membeli di toko favorit, makan di warung langganan, dan sebagainya. Sebagai penjual - jika anda pedagang - andapun sebenarnya juga punya hak untuk memilih. Penjual bisa memilih konsumen yang hendak ia layani. Semakin anda tahu tipe konsumen yang ingin anda layani, maka hasilnya akan semakin bagus karena anda akan makin fokus dalam menjual produk. Jangan sampai sebagai penjual, kita terjebak untuk memuaskan semua orang, karena itu adalah hal yang mustahil dilakukan. Hal ini nampak mudah jika yang kita jual adalah produk khusus (produknya sendiri sudah tersegmen), namun akan terasa sukar jika produk yang dijual adalah produk umum. Kelontong atau sembako misalnya.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Sebagai penjual, ada beberapa tipe konsumen yang sebaiknya dihindari, diantaranya :<br />
<b>1. Konsumen yang susah diminta antri</b><br />
Konsumen seperti ini selalu minta didahulukan, membuat team wiraniaga berada di posisi yang serba salah. Tipe pembeli seperti ini perlu diberi ketegasan untuk antri, atau jika antri terlalu sukar untuk konsumen tipe ini, let them go. Jika tipikal konsmen seperti ini dituruti, konsumen lain yang kecewa, meski disimpan di hati. Word of mouth yang timbulpun akan jelek meski sifatnya promosi. "Toko yang di sana itu lho, murah dan ga harus antri", .. dan pelanggan tokopun tergeser dari tipe2 tertib menjadi pelanggan2 yang nggak mau antri dan susah diatur. Buruk buat bisnis.<br />
<br />
<b>2. Konsumen yang hobi ngutang</b><br />
Untuk anda yang menjual produk secara tradisional, pasti pernah ketemu sama konsumen tipe ini. Suka ngutang, atau duitnya kurang. Konsumen seperti ini biasanya bawaan, alias sudah jadi kebiasaan dan sukar dihilangkan. Sekali anda menyetujui untuk memberi utang atau mengijinkan konsumen belanja dengan pembayaran kurang, maka anda harus bersiap mendapatkan pelanggan yang serupa. Anda mungkin akan sadar dan menuliskan di dinding "dilarang bon", saat dana sudah banyak yang hilang. Untuk itu sedari awal, hindari konsumen seperti ini, meski itu tetangga anda sendiri.<br />
<br />
<b>3. Tukang ngutil</b><br />
Tampak seperti konsumen baik - baik, tapi anda kemudian mendapatinya memasukkan barang ke saku tanpa membayar. Jika kita punya sistem yang baik, security dan cctv, semua jadi mudah, namun jika tidak, anda perlu membuat tipe konsumen seperti ini tidak datang lagi ke toko anda apapun caranya.
<br />
<br />
Ada banyak hal penting yang seringkali luput dari textbook standar yang kita punya. Semua dipelajari dari pengalaman, jam terbang. Untuk itu, para pengusaha seringkali menganjurkan take action first, belajar sambil jalan. Itu ada benarnya karena seringkali tantangan tiap jenis bisnis berbeda dan bisa sangat spesifik dan vital, tapi tidak kita temukan di textbook manapun. Hanya pengalaman yang mengajarkannya.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-86876025703539129262011-03-27T11:17:00.000+07:002011-03-27T11:17:02.993+07:00Konsep Distribusi Produk Sehari - hariProduk kebutuhan sehari - hari, atau FMCG (Fast Moving Consumer Goods), bisa sampai ke konsumen dengan beragam cara. Di bawah ini adalah sedikit gambaran bagaimana suatu produk bisa "selamat" sampai ke konsumen dan menjadi produk reguler (produk laku dan rutin dikonsumsi).<br />
<br />
Yang pertama adalah persyaratan suatu produk untuk menjadi produk reguler, yaitu kualitas. Untuk laku, kualitas tidak harus yang terbaik, yang penting kompetitif dan terjangkau di kelasnya.<br />
<br />
Jika produk sudah masuk kualifikasi layak jual, harga perlu dipertimbangkan dengan matang. Harga retail, grosir, dan seterusnya perlu diset terlebih dahulu dan seadil mungkin sehingga tidak ada keluhan dalam proses distribusinya ke depan.<br />
<br />
Setelah itu distribusi produk. Distribusi produk biasanya dibagi menjadi kanal tradisional dan kanal modern. Kanal modern relatif welcome dengan produk - produk baru, sementara kanal tradisional relatif lebih sulit, padahal kanal tradisional potensinya lebih besar karena relatif lebih dekat dengan konsumen dan tersebar dalam jumlah banyak. Menjadi produk reguler di kanal tradisional adalah jaminan suatu produk bertahan dalam jangka panjang. <br />
<br />
Agar konsumen mau membeli suatu produk, maka konsumen perlu tahu produk tersebut beserta kelebihannya. Cara termurah adalah dengan mendisplay produk sedemikian rupa sehingga mudah dilihat konsumen. Produk roti basah dan camilan tradisional biasanya menggunakan cara seperti ini. Cara yang mahal adalah melalui iklan di media massa. <br />
<br />
Nah, bagaimana cara agar suatu produk "selamat" dan menjadi produk reguler yang laku terus menerus? Memantau repetisi order toko atau semacamnya bukan cara untuk mebuat produk laku, namun sekedar untuk mengetahui produk tsb bakal laku terus menerus atau tidak. Jika saya adalah pemilik suatu produk, yang akan saya lakukan adalah sebagai berikut :<br />
<br />
1. Memastikan produk punya keunikan yang menjual. Keunikan ini merupakan nilai tambah intrinsik produk yang tidak serta merta dpt ditiru kompetitor. Kalau sekedar harga lebih murah sementara produk tidak punya kelebihan tertentu yang menjual, sekedar info saja, menurunkan harga itu perkara mudah dan dapat dilakukan siapa saja, termasuk kompetitor.<br />
<br />
2. Mendistribusikan produk secara top down dengan mencari (dan memberi margin yg layak) grosir2 potensial yang punya komitmen dan punya akses distribusi luas. <br />
<br />
3. Mempekerjakan sales spreading dengan target kunjungan (bukan omset) untuk menginformasikan harga standar pembelian produk skala ritel, sekaligus mencoba menjual produk dengan jumlah minimal.<br />
<br />
Cara tersebut sebenarnya relatif umum, dan tentunya punya kelemahan. <br />
<br />
Kelemahan di no 3, seringkali sales spreading/motoris ditarget omset, dan yang terjadi adalah sales tidak mendistribusi dan menginformasikan harga ke retailer, tapi menjual barang hanya ke beberapa outlet, selanjutnya mengarang nota efective call. Tentunya perlu ada mekanisme yang baik sehingga hal seperti ini bisa dihindari.<br />
<br />
Kelemahan di no 2, grosir umumnya malas menjual barang, dimana langganan2nya tidak ada yg merequest. Untuk itulah perlu selektif memilih grosir yang bisa diajak bekerjasama. Cara mudah untuk mengenali grosir seperti ini adalah via sales freelance. Grosir besar di pasar atau grosir yang sudah memiliki banyak langganan toko, relatif sulit menerima produk baru, karena dengan produk yang sudah adapun mereka sudah jalan dengan lancar.<br />
<br />
Dengan metode di atas, tanpa iklanpun saya pikir produk sudah punya kans untuk menjadi produk reguler. Pada kenyataannya, cukup banyak produk - produk lokal yang mampu bertahan dengan cara - cara di atas.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-67721108491574647232010-06-30T21:38:00.001+07:002010-06-30T21:55:58.629+07:00Brand dan Sales FreelanceBrand dan sales freelance, apa hubungannya? Sedikit info teknis dalam sebuah model distribusi dan pemasaran, sales freelance memberikan andil besar dalam pemerataan produk untuk area - area yang mungkin tidak akan dijamah oleh sales resmi, bahkan yang rapat sekalipun macam indomarco. Area - area yang banyak dijelajah oleh sales freelance umumnya adalah area pedesaan, pedalaman, dimana para penduduknya lebih mudah untuk loyal pada suatu brand karena memang terkondisikan untuk tidak memiliki banyak pilihan. Saat mereka sudah puas terhadap suatu brand, relatif sulit untuk membuat mereka mencoba brand baru, kecuali brand yang biasa mereka beli tidak tersedia di warung dimana mereka biasa berbelanja. Hal sama berlaku untuk warung. Mereka relatif sulit menerima brand baru karena yang mereka beli hanya sebatas apa yang biasa diminta konsumennya. Untuk sebuah warung kecil dengan anggaran terbatas, berbelanja memang benar - benar harus selektif. Untuk produsen yang baru melempar produk baru ke pasaran, ini adalah sebuah tantangan.<br />
<br />
Di kota saya, Karanganyar, tercatat ada hampir 10.000 warung/toko/outlet, apapun sebutannya, yang melayani hampir 1 juta penduduk. 10 ribu outlet tersebut disuply dengan beragam cara. Mulai sales dari distributor resmi, wholesaler, hingga sales freelance. Dari sekian banyak cara, saat ini, sales freelance adalah yang paling banyak. Boleh percaya boleh tidak, dalam beberapa tahun terakhir, semenjak perusahaan menerapkan model outsource, banyak veteran yang akhirnya terjun jadi sales (opsi terakhirkah?), dan banyak warung/outlet yang lebih nyaman disuplay mereka daripada harus repot kulakan sendiri.<br />
<br />
Dalam mendistribusikan produk, sales freelance (mayoritas motoris), memiliki kriteria produk yang diprioritaskan, diantaranya :<br />
> fast moving<br />
> ringan/ tidak makan tempat<br />
> produk reguler<br />
> memiliki margin tinggi<br />
<br />
Produk fast moving/produk habis pakai jadi tiket untuk bisa masuk ke semua warung. Ringan dan tidak makan tempat jadi pertimbangan karena daya angkut yang terbatas. Brand reguler/ sudah terkenal dan umum juga sering dibawa (meski terpaksa) sekedar untuk tdk mengecewakan pelanggan. Dan yang terakhir, margin/profit menjadi filter krusial untuk produk - produk yang dibawa.<br />
<br />
Jika dibuat urutan, maka prioritas sales freelance jadi seperti ini :<br />
1. Brand reguler, fast moving, ringan, plus sedang promo (margin tinggi).<br />
2. Brand baru/penantang (kompetitor market leader), fast moving, ringan, sedang promo (margin tinggi).<br />
3. Produk reguler, margin tinggi (seperti stationary/elektrical/semacamnya)<br />
4. Brand fast moving reguler (non promo)<br />
5. Produk reguler yang berat, makan tempat, margin tipis, hampir tidak pernah dibawa.<br />
6. Seperti no 5, plus bukan brand reguler, dipastikan tidak akan didistribusikan.<br />
<br />
Dari banyak obrolan dengan para sales freelance, ada beragam info yang cukup menarik, diantaranya :<br />
<br />
1. Daripada membawa kopi ABC susu/mocca/brownies, sales freelance lebih suka membawa kopi nescafe tubruk yang dijual dengan harga kopi ABC. Sama - sama kopi susu dengan ampas, nescafe tubruk mampu menggantikan posisi ABC di hanger warung - warung di daerah dan laba yang didapat lebih besar.<br />
<br />
2. Meski permintaan terhadap sabun citra cukup tinggi, tapi dengan harga jual yang dipatok 1500 (via iklan, wtf!), sales jarang membawa produk tersebut. Tidak ada sales yang mau disuruh kerja bakti. Dengan harga end user yang sama (1500), mereka lebih memilih membawa sabun Giv, brand reguler yang jelas lebih menguntungkan untuk dibawa (kemasan per karton lebih kecil, margin lebih tinggi).<br />
<br />
3. Sales malas membawa brand lama yang terbukti kalah bersaing meski ditawarkan harga promo (yang dimaksud promo di sini adalah reseller promo, bukan end user promo). Sales bukan marketer, mereka sekedar mendistribusikan produk dan mendapat laba dari selisih harga jual dan harga beli, tidak untuk 'memasarkan' suatu brand demi raihan laba yang lebih tinggi. Daripada membawa produk yang sudah pasti lambat, lebih baik gambling dengan produk baru.<br />
<br />
Sales freelance dominan di kanal tradisional. Mereka tangguh, berdaya jelajah tinggi, dan bekerja tanpa kenal lelah karena apa yang mereka usahakan adalah apa yang mereka dapat. Tanpa gaji. Dengan makin banyaknya jumlah mereka, strategi penetrasi brand bisa saja berubah, bagi yang tahu. Kanal tradisional adalah jalan bagi brand - brand senior untuk tetap bertahan di tengah gempuran produk - produk baru. Meski di kanal modern sudah tidak terjamah, brand senior masih saja dipajang di warung - warung pedesaan, tempat pilihan amat terbatas, dengan kemungkinan terbeli lebih besar.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-9367487853975935102009-10-09T19:54:00.001+07:002009-10-09T21:03:37.332+07:00Bottle Neck BisnisDalam sebuah proses yang berkesinambungan, kita mengenal istilah bottle neck. Bottle neck sendiri adalah bahasa metafor untuk menggambarkan batas bawah kinerja. Dalam sebuah botol, seberapapun besar botolnya, aliran yang keluar dari botol dibatasi ukuran lehernya.<br />
<br />
Bisnis adalah rangkaian proses, paduan beragam variabel. Dalam kondisi yang kompleks tersebut, sudah pasti ada bottle necknya. Jika ini tidak dieliminasi, maka seberapapun optimasi komponen/variabel lain, hasil akhirnya tidak jauh berbeda, bahkan bisa lebih buruk.<br />
<br />
Sebuah contoh : Perusahaan A memasarkan produk barunya dengan gencar. Dengan anggaran yang besar, iklannya bahkan muncul di TV. Perusahaan B sebagai pesaing pemasarannya jelek, anggarannya untuk beriklan rendah, namun distribusi produknya bagus, jauh lebih bagus daripada A. Nah, jika perusahaan A terus saja mengoptimasi pemasaran tanpa memperbaiki distribusi sebagai bottle necknya, apa yang terjadi? Kemungkinan besar, perusahaan B yang justru diuntungkan. Konsumen yang berniat membeli produk perusahaan A tapi tidak menemukannya di toko, besar kemungkinan mereka akhirnya mengalihkannya ke produk pengganti. Produk perusahaan B. Yang keluar dana marketing besar - besaran perusahaan A, tapi yang laku produk perusahaan B. Menyakitkan bukan?<br />
<br />
Mungkin ada dari anda yang pernah menawarkan suatu layanan untuk corporate. Suatu optimasi yang masuk akal, atau pemasaran online yang bagus, atau apapun, namun susah untuk tembus. Mereka tertarik, tapi tidak ada approval. Hal yang paling mungkin terjadi, bottle neck perusahaan bukan di situ. So, jangan memaksakan diri, mending cari perusahaan lain yang lebih potensial.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-91008239191318724552009-10-07T22:46:00.000+07:002009-10-07T22:46:17.096+07:00Territory Management<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_Y6cAsrJqtbA/Ssy3X_bDl0I/AAAAAAAABXc/JBDGdVubuqA/s1600-h/territorymanageent.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/_Y6cAsrJqtbA/Ssy3X_bDl0I/AAAAAAAABXc/JBDGdVubuqA/s320/territorymanageent.gif" /></a></div>Territory Management atau gampangnya adalah pengaturan wilayah kekuasaan, adalah suatu metode penanganan wilayah dalam kaitannya dengan pemasaran dan distribusi produk. Itu gampangnya. Untuk sukarnya, silahkan googling ^_^. <br />
<br />
Untuk perusahaan yang bergerak di consumer goods atau telco, territory management menjadi penting karena menjadi panduan kerja di lapangan. Territory management yang baik akan memandu kerja team dari sisi strategi, taktik, hingga teknis.<br />
<br />
Untuk sebuah wilayah, apa saja yang kira - kira yang perlu dimanage dan bagaimana memanagenya? Management sales, jadwal branding, jadwal promosi, etc..etc. Nampak mudah, tapi tidak benar - benar mudah jika menyangkut kompetisi. Dalam kompetisi, pelaksanaan yang baik bukanlah jawaban. Harus lebih baik atau terbaik dibanding yang lain. Itu baru jawaban.<br />
<br />
Sebuah management yang baik harus mampu menyeimbangkan semua source yang ada sehingga tidak ada bottle neck. Management yang baik menganalisa data statistik dan mampu melihat celah untuk berinovasi secara kreatif. Memang tidak mudah saat management bawah diinjak dan ditekan target penjualan, tapi insting kreatif bagi manager kreatif kadang justru muncul saat berada dalam kondisi ekstrem.<br />
<br />
Saya sendiri bukanlah pelaku, sekedar melihat dari luar saja. Namun untuk mereka - mereka yang sudah menerapkan territory management dengan baik tentunya bisa menjawab pertanyaan menyangkut marketing dan distribusi berikut ini:<br />
<br />
1. Lebih efektif mana branding tersebar dibandingkan sistem fokus area?<br />
2. Lebih efektif mana sistem sales terpusat dibanding menempatkan sales di agen/depo?<br />
<br />
Sebenarnya banyak hal yang bisa diolah dari suatu wilayah, tapi sementara cukup 2 itu dulu saja. <br />
<br />
Bicara hal ini saya jadi ingat si raksasa lesu, Gudang Garam. Entah bagaimana kabar mereka sekarang. Beberapa tahun lalu, saya baca di swa, trennya declining. Mungkin sampai sekarang malah belum ke titik balik. Saya kurang tahu. Distribusi GG saya perhatikan bagus, tapi nampaknya memang hanya itu tugasnya. Tidak ada data lapangan yang digrab, jadi tidak ada variabel apapun untuk dianalisa management selain trek persalesan itu sendiri. Dalam arti, untuk distribusi yang bagus, respon balik informasi area yang bisa diolah minim, sementara semua hal di lapangan berubah dengan cepat. Pemasangan neonbox sepanjang jalan juga terkesan asal - asalan. Boros, dengan imbal balik yang belum pasti. Seperti tindakan yang bersandar hanya pada satu data; penurunan penjualan, tanpa tahu apa yang musti dilakukan selanjutnya. <br />
<br />
Well, .. rasanya bicara GG akan membuat post ini jadi terlalu panjang dan OOT. Saya simpan saja untuk post selanjutnya. Akhir kata, saya akhiri dulu post ini dengan satu kata : bersambung ^_^.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-42359463643157202232009-10-05T09:34:00.002+07:002009-10-05T09:34:00.189+07:00Mengapa Perusahaan Rokok Boros Dalam Promosi?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_Y6cAsrJqtbA/Ssdhq9B8BGI/AAAAAAAABXE/3LsmKQUkiYQ/s1600-h/luckystrike_classic.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/_Y6cAsrJqtbA/Ssdhq9B8BGI/AAAAAAAABXE/3LsmKQUkiYQ/s320/luckystrike_classic.gif" /></a></div>Mungkin tidak ada di dunia ini jenis bisnis yang begitu royal menghambur - hamburkan dana untuk promosi selain bisnis rokok. Dalam setahun, perusahaan rokok bisa menghabiskan dana hingga triliunan hanya untuk promosi. <br />
<br />
Rokok, dalam level tertingginya, sudah tidak lagi bersaing dalam hal kualitas. Rokok satu dan yang lain pada dasarnya serupa. Hal yang masih bisa dimainkan hanya image, selebihnya adalah ketergantungan konsumen pada merk.<br />
<br />
Bisnis rokok memang dilematis. Diluar alasan kesehatan, bisnis ini memberikan sumbangan besar dalam dunia entertainment. Dari F1, MotoGP, Siaran Bola, hingga konser - konser musik berjalan dengan dana dari bisnis ini. Sejauh ini, saya belum menemukan keunikan yang serupa dalam bisnis - bisnis lain. Mungkin bisnis rokok memang khas. Bisnis yang benar - benar bersandar pada strategi marketing untuk membuatnya menjadi besar.Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-3413580725091059341.post-23307304571564968822009-09-28T13:50:00.000+07:002009-10-04T08:12:50.354+07:00Branding Tidak Akan Ada Lagi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_Y6cAsrJqtbA/SsBaqHJEjJI/AAAAAAAABW0/zJZ5miAD0-c/s1600-h/TheBrandShow_logo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/_Y6cAsrJqtbA/SsBaqHJEjJI/AAAAAAAABW0/zJZ5miAD0-c/s320/TheBrandShow_logo.jpg" /></a><br />
</div>Branding memiliki sifat aktif, dibuat, dilakukan oleh brand owner dan ditujukan pada calon - calon konsumennya. Bisa dikatakan, branding dilakukan dalam rangka menjual produk/jasa [ya iya, masa buat gaya - gayaan. Bodo bgt si budi!^_^]. Dalam sistem pemasaran modern yang memanfaatkan media massa yang bersifat satu arah, branding menjadi cara praktis menciptakan ijazah bernilai sempurna tanpa harus melewati test publik. Kecap kami adalah yang nomer satu, dan tidak ada yang protes. Misal protespun tidak akan terdengar karena efek massalnya memang satu arah saja.<br />
<br />
Di masa - masa mendatang, sistem menilai diri sendiri seperti ini tidak akan efektif lagi. Setiap produk akan melewati test oleh publik dimana hasilnya akan direspon balik secara massal juga. Sama masalnya dengan publikasi karena medianya sudah ada. Semakin tidak relevan antara promo dan realitas produk yang ada, respon publik juga akan makin keras. Pada intinya, cost branding yang besar tidak lagi secara garis lurus meningkatkan hasil. Dan jika memang demikian, bukankah lebih baik menunggu ijazah publik daripada membuat ijazah sendiri untuk dihakimi publik? Dalam konklusi serupa, Tipping point Gladwel yang menyatakan bahwa viral dipicu oleh influencer menjadi kurang valid. Usaha branding dengan sistem viral melalui 'influencer' tidak akan banyak membuahkan hasil karena toolset yang digunakan memang tidak bersifat mengalir dari hulu ke hilir, atau produsen ke konsumen. Setiap orang adalah mata air dan punya potensi untuk menimbulkan banjir yang besar. Influencer yang dimaksudkan untuk mempengaruhi publik ala TV tapi memanfaatkan social media tidak akan banyak manfaatnya.<br />
<br />
Branding layaknya memasang topeng cantik dan meminta semua orang melihatnya dari kejauhan tanpa bertanya. Di era komunikasi massal dua arah, topeng itu jadi mudah dibuka dan siapapun bisa mengenali apa dibaliknya. Jika anda atau perusahaan anda masih loyal dengan skema pemasaran yang ada saat ini, aktivitas branding mungkin tidak bisa anda tinggalkan. Namun jika anda mulai melangkah ke <a href="http://poside.blogspot.com/2009/09/pemasaran-primitif-modern.html">pemasaran primitif modern</a>, branding benar - benar tidak akan ada lagi, karena memang tidak perlu. Saatnya kembali fokus ke produk, kualitas, dan harga. Jika anda mengenal 4P, mulai bagikan saja P untuk promotion pada kesaksian konsumen anda. Teriakan mereka bisa sangat kencang dan terdengar dunia. Dan tentu saja, Gratis!Adminhttp://www.blogger.com/profile/17129050443780353045noreply@blogger.com4