Nokia dan Cara Pemberian Nama Produknya

Jika anda pernah mendengar tentang intel pentium, AMD athlon, atau Apple iPhone, maka akan jauh lebih mudah untuk membaca alur pemikiran yang berikut ini. *Yang belum pernah dengar berarti lama tinggal di gua...(^_^)*

Dulu, prosesor dinamai tanpa trademark, sekedar seri. Misalkan saja Intel 486 atau intel 8088, mirip dengan cara penamaan produk - produk Nokia saat ini. Nah, seiring waktu, pola penamaan berubah menjadi intel pentium, intel xeon, intel core, dan semacamnya, dan sistem penamaan tersebut sangat memudahkan masyarakat dalam mengenali varian tiap produk dan membedakannya. Dari sisi segmentasi, pemilah - milahannya sangat mujarab dan cara penamaannya elegan.


Nokia dengan produk yang menggunung juga akan lebih menarik jika menggunakan cara yang sama dalam memilah - milah produknya. Hanya di satu hal ini produsen - produsen non amrik tidak melakukannya sehingga menyebabkan Apple atau Blackberry seakan melangkah sendirian di pasar premium tersebut tanpa ada kejelasan "real produk" kompetitor lain.

Jika N97 difungsikan sebagai pesaing Ponsel buatan Apple atau Blackberry, akan lebih baik jika ada nama lain untuk produk di segmen tersebut. Saatnya Nokia harus belajar dari Intel untuk memberi nama produk - produknya. Lupakan Seri. Seri itu cara penamaan yang tidak menjual. Seri hanya layak untuk pemisahan varian dengan perbedaan yang relatif kecil di group segmen yang sama.

Bagaimana pendapat anda pembaca?
Bagaimana Nokia?
Jika anda tertarik dengan artikel – artikel di blog ini, silahkan berlangganan gratis via RSS Feed, atau jika anda lebih suka berlangganan via email, anda bisa mendaftar di Sini.

8 komentar:

Rommi Ariesta said...
Mengapa disebutkan pemberian nama dengan menggunakan seri TIDAK MENJUAL? Bisa tolong dishare sumbernya mas?
BudiTyas said...
Itu statement saya, so debatable. Alasan saya diantaranya :
1. Tidak ada ™ untuk seri, jadi siapapun bisa memberikan nama yang sama.
2. Sulit mengedukasi pasar tentang segmen peruntukan suatu seri, karena tanpa ™, perusahaan cina tidak terkenalpun bisa memberi nama seri yang sama dengan kualitas jauh di bawah Nokia.
3. Lemah terhadap serangan kompetitor karena tidak ada segmentasi jelas di kelas yang sesuai. Misal saja iPhone kadang dikomparasi dgn E71, kadang N96, kadang yang lain. Dengan adanya nama™ untuk suatu kelas, maka komparasinya akan jelas dan tidak menjatuhkan brand secara keseluruhan karena sudah pasti head to headnya (..ini ada posting tersendiri nanti)
4. Untuk produk yang sangat banyak, mapping produk lebih sulit jika brand sebagai headernya hanya 1. Misal Nokia 8250, Headernya cuma Nokia. Itupun nama produk=nama perusahaan. Bandingkan dengan Apple iPhone 3G yang jauh lebih enak & mengena dibanding Apple 8250-3G, atau Microsoft Windows™ XP dibanding Microsoft 8250-XP.
5. Dll..., menurut anda sendiri?
Toni @ NavinoT said...
Berhubung penamaan seri Nokia ini sudah jadi standar, sebenarnya rada gk jadi masalah juga. NXX pasti yang seperti "itu", EXX pasti yang mirip "ini". Yang tidak memakai brand jelas, mungkin malah bikin susah konsumen.

Masih untung kita hapal bahwa iPhone 3G itu keluar setelah iPhone 2G. Klo Intel dan AMD saya malah tidak tahu merk mana yang dulu dan terakhir. Opteron vs Klamath, hayo, mana yang lebih advanced?

Soal head-to-head, sebenarnya bukannya tidak pernah bisa ditentukan siapa lawan siapa? Kecuali Nokia bilang N99 adalah lawan iPhone Nano misalnya.
BudiTyas said...
Untuk seri, tiap pabrikan udah punya std. Cuma, biasanya kode itu utk produksi, bukan buat dagang. Istilah Nseries atau Eseries sbenarnya udah mirip2 nama dagang, nampaknya nokia jg melangkah k sana, cm utk prod2 low masih pakai seri. 3 prod baru nokia seri bwh blm berubah, masih angka2.
Kalo ttg opteron atau klamath, itu mslah publikasi aja, bkn krn penamaan. Msh untung nama dagang, awarenya lumayan, cb diganti kode/seri. 36b atau 34a misalnya. Susah awarenya. Ntar dikira BH lagi, hehe.
Soal head2head, itu ke aware thd produk jg, jd bisa ditentukan. Didrive lah istilahnya. Misalnya indomie sedap didrive utk jd kompetitor mie sedapnya wings. Klo indomie sedap kalah, ya ndak papa. Paling nggak varian indomie lain bisa keluar dari komparasi head2head. Ruang geraknya lebih terbuka, n overall, indomie tetap di atas, nggak bisa diperbandingkan di level yg setara dgn mie sedap. Brand indomie aman. Indomie sedap jd tumbal utk dipertarungkan. Nah, sayangnya, nokia g punya trademark jd g bisa kyak indomie. Misal ada, nokia bisa bikin kompetitor iphone dgn murah. Tanpa hsdpa, kamera cuman 2mp, dll, nokia bisa bilang "ini nphone (kompetitor iphone). Dgn kemampuan spt ini, maka kami jual 2 juta saja." Nah, nokia mungkin kalah di prod tsb, tp orang2 digiring utk tahu. Dgn fitur sama, iphone hanya selevel nokia kelas 2. Brand nokia jd lebih superior.
Rommi Ariesta said...
Selama produknya useful dan inovatif, saya rasa pasti menjual. Masalah nama itu akan lebih mudah orang dalam mengingat dan menyebutkannya.

Mengenai, head to head: Idealnya dilakukan untuk produk yang sekelas, bisa segmen yang sama, bisa juga dari harganya. Jangan kita bandingkan produk yang untuk high end dengan yg middle end, tentu bukan sebuah pertandingan.
Budityas said...
Bagaimana jika produk kompetitor juga useful & inovatif? Pada kenyataannya dgn kompetisi sedemikian sengit, Useful & inovatif dlm konteks general tidak menjual. Itu sekedar tiket masuk ke arena pertarungan. Untuk menang bersaing, faktor plus di tiap detilnya sebagai kunci. Pemberian nama bs menjadi salah satu detil yg bisa kita optimize utk memenangkan persaingan. Agar produk itu menjual yg perlu dijawab adalah, useful yg spt apa, dan inovatif yg bagaimana. Mungkin di situ poinnya.
Jiewa said...
Sadarkah.. Nokia tidak pernah meluncurkan hp dengan seri awalan 4 ? :P

*setidaknya dalam 10 tahun terakhir
BudiTyas said...
Di findland ada angka sial juga kali ya, hehe

Post a Comment

Untuk lebih mudah berkomentar, pilih opsi Name/Url. Anda tinggal isi nama saja, plus alamat situs jika anda punya blog/website. Ayo berbagi opini.

 
poside by budityas |n|e