2

Melawan Produk - produk Cina

{ }
Produk - produk Cina yang membanjiri pasar dalam negri sebenarnya bisa dilawan dengan beragam cara, yang jelas bukan dengan mengintervensi kesepakatan dagang yang sudah dibuat oleh para pemimpin negara sebelumnya. Ada yang perlu digaris bawahi bahwa tetap akan ada bisnis yang mati. Tidak semua produk Indonesia kompetitif dan siap berkompetisi. Tidak semua pengusaha mau berkompetisi, atau bisa dikata, ada saja pengusaha yang maunya terus digendong dan dilindungi oleh regulasi agar bisnisnya bisa jalan. Yang seperti ini justru membuat bangsa ini sulit menemukan sisi keunggulannya untuk bisa bersaing di pasar bebas karena terus mengulur waktu untuk lini bisnis yang kans menangnya kecil di pasar global.

Dunia memilih. Kenyataannya seperti itu. Untuk memproduksi peralatan elektronik, brand - brand besar memilih China sebagai lokasi produksi. Entah Sony, Samsung, atau yang lain. Budaya fabrikasi elektronik sudah terbentuk di sana, dalam arti, bahan baku dan aneka part dari hulu ke hilir semua sudah tersedia dan sangat kompetitif. Untuk harga, mungkin tidak ada negara yang bisa mengalahkan China.

Jika bersaing murah - murahan keteteran, akan sangat baik jika mulai melangkah ke peningkatan kualitas produk dengan harga medium. Pasar untuk produk murah memang menggiurkan, tapi jika tidak mampu bersaing ya tidak ada gunanya. Pasar untuk produk kualitas medium bukannya tidak ada, justru masyarakat sekarang mulai berpaling ke sana. Yang salah justru jika ikut bersaing harga yang berujung pada kualitas yang terlalu 'hancur'. Yang seperti ini tidak akan bertahan lama.

Ada ketakutan bahwa perdagangan bebas merugikan Indonesia, namun sebenarnya lebih tepat jika dikatakan, pasar bebas merugikan beberapa industri di Indonesia, tapi tidak semua. Jenis2 industri yang tersingkir mungkin memang jenis yang tidak tepat untuk tumbuh di Indonesia, lebih tepat jika tumbuh di negara lain. Potensi runtuhnya industri yang mengakibatkan pengangguran yang sering diberitakan kadang tidak diimbangi dengan kalkulasi potensi berkembangnya industri lain yang membutuhkan tenaga kerja baru. Dalam arti kata, dari sudut pandang sebuah negara yang melihat lebih integral, perdagangan bebas tetap positif, paling tidak, ada efisiensi dengan hilangnya sebuah birokrasi yang rentan korupsi.

Sekarang bukan saatnya mundur. Tetap maju, berfikir positif, dan berusaha melihat celah dan potensi sekecil apapun. Mengeluh, menangis, dan merajuk tidak banyak membantu. Dunia sudah memilih.
0

Analisa beragam bisnis (part 1)

{ }
Sejalan dengan waktu, saya mulai rajin menganalisa beragam bisnis yang mungkin dijalankan untuk skala kecil - menengah. Sejauh ini fokus masih di jenis usaha perdagangan. Untuk lini bisnis satu ini, variabel yang menjadi pertimbangan sifatnya subyektif, alias berdasar pada asumsi saya pribadi dengan melihat apa yang terjadi di lapangan. No text book.

1. FMCG
Fast moving consumer goods atau barang kebutuhan sehari - hari habis pakai merupakan pilihan paling umum untuk bisnis dagang. Disamping dibutuhkan siapa saja, modal kecil atau berlokasi di pelosok desapun usaha ini bisa jalan. Produk2 yang dijual terbagi 2, yaitu produk branded dan komoditas. Produk branded adalah produk bermerk dimana harga lebih stabil karena ada harga dasar yang berasal dari produsen, sedang komoditas adalah produk yang naik turunnya harga benar - benar bergantung dari mekanisme pasar, seperti suply - demand, atau (kadang kala) ada campur tangan pemerintah. Untuk mendapatkan profit lebih banyak, hal yang bisa dilakukan diantaranya : untuk produk branded, 1)membeli dalam jumlah besar. 2) Membeli dari grosir besar (makro misalnya) saat mereka over stock (atau produk mendekati expired). Untuk produk komoditas, maka harus jeli melihat tren pasar. Ini bisa dilakukan dengan update via internet, atau jika tipe old fashionednya, dengar berita radio. Ingat berita radio tentang cabe kriting? Thats it. Act selanjutnya bisa dengan membeli jumlah besar saat harga mau naik, atau buru - buru lepas barang saat harga cenderung turun. Solusi lain saat tren harga naik, borong produk di grosiran besar. Mereka biasanya terjebak birokrasi jadi agak lambat merespon perubahan harga. Bagi anda yang sekedar berdagang kelontong untuk kesibukan, menunggu sales kelilingan itupun cukup. Penghasilan yang didapat tetap lebih besar dibanding menyimpan uang di bank.

2. Perlengkapan rumah tangga
Barang perlengkapan rumah tangga merupakan pilhan menarik. Mulai dari perlengkapan dapur, elektronik, hingga furnitur bisa memberikan hasil optimal jika dikelola dengan profesional. Saat generasi komputer dan IT booming menggadaikan masa depan dan penghasilannya di bisnis teknologi modern, barang - barang kebutuhan rumah tangga yang nampak sepele bisa menjadi lahan subur untuk mendapatkan penghasilan. Banyak orang melihat jauh ke depan, tapi minim informasi tentang produk2 yang mungkin tiap hari mereka gunakan (sapu, pel, dll). Produk2 offline yang (hampir tidak mungkin) anda beli online ^_^, kecuali grosir besar. Barang - barang bisa dipilah menjadi 2. Yang pertama adalah barang yang punya kecenderungan harganya terus naik, yang kedua adalah barang yang punya kecenderungan harganya turun (elektronik misalnya). Jika ingin aman, lebih banyak investasikan di produk yang punya kecenderungan naik. Barang tipe ini cenderung awet, dan tentunya pembelian terjadi dalam repetisi rendah. Jika berani ambil resiko, sisihkan untuk elektronik. Jika bisa jual cepat, margin elektronik lebih besar dan repetisi belinya lebih tinggi.

3. Bahan bangunan
Bisnis ini makin booming saja akhir - akhir ini. Dimana - mana tumbuh yang namanya toko bangunan. Jika dulu toko bangunan cuma ada di kota, kini di mana - mana ada. Bisnis ini butuh investasi dan relasi yang cukup. Tidak jarang toko perlu menjual tempo untuk melayani kontraktor2 yang mendapatkan bayaran dalam termin tertentu. Untuk produk2 reguler seperti semen, pasir, dan semacamnya, biasanya harganya standar (rata - rata margin tipis), tapi untuk produk lain, bisa ambil margin cukup besar. Biasanya konsumen membeli produk reguler plus produk lain, dan laba produk lain ini bisa sangat signifikan. Yang perlu hati - hati adalah masalah pengelolaan piutang dan cashflow. Banyak toko yang tutup karena masalah satu ini.

Karena ragamnya sangat banyak, untuk part 1 ini saja dulu. Untuk lainnya dilanjutkan lain waktu.
3

Memulai Bisnis dari Nol

{ }
Memulai dari nol, kok kayaknya modal dengkul banget ya. Tapi memang sebenarnya tidak benar - benar nol sih. Modal cash tetap ada, hanya saja sangat dibatasi agar lebih bijak mengelolanya. Modal pengetahuan benar - benar dari nol, pengalaman dari nol juga. Jadi bisa dikata, modal utamanya hanya berani dan siap belajar sambil jalan.

Jadi, bagaimana sebuah usaha dagang bisa jalan dengan modal cash yang sangat terbatas? Tentu ada caranya. Karena ruang usaha milik sendiri, ya dekor dikit - dikit dulu ruang usahanya. Yang penting keliatan kalau itu ruang usaha dan ada dagangan yang bisa dibeli. Sesederhana itu. Dagangan awal targetnya untuk konsumen accidental, jadi konsumen yang dadakan berhenti buat beli kebutuhan umum. Jadi stok hanya sebatas rokok, minuman, permen, dan semacamnya. Jumlahnya minim, tapi kardusnya banyak. Kardus tidak dibuang tapi dipajang juga, biar keliatan stoknya banyak, padahal isinya kosong :D.

Sambil jalan, cari - cari sumber produk dengan harga miring. Kayak tamasya, cuma tujuannya pasar, grosiran, distributor, dan semacamnya. Pelajari tren, perubahan harga, sistem pembelian dan semacamnya. Tidak lupa, lobi sana sini nyari investor dan pedagang yang mau nitip jual. Yup. Bulan pertama adalah belajar sambil toko tetap buka. Income memang sedikit, tapi pengetahuan bertambah banyak, termasuk kenalan sales, rujukan kulakan, dan tentu saja, orang - orang yang pingin nitip dana dan dagangan. Well, akhirnya toko keliatan penuh terisi.

Selanjutnya memilah - milah produk. Mana produk reguler untuk menjaring trafik, mana produk khas untuk meraih laba. Selanjutnya, still on progres...
 
poside by budityas |n|e