A : Anda sebagai perwira tinggi TNI melakukan pembungkaman pada peristiwa Mei. Bukankah itu sama dengan pembungkaman kmer merah kepada bangsanya sendiri?
B : Kmer merah membantai jutaan orang. Jangan samakan peristiwa Mei dengan pembantaian massal kmer merah dong. Itu jelas berbeda. Anda tidak ingin menyebut Indonesia, bangsa kita ini sebagai bangsa barbar kan? Kita bangsa yang masih punya moral.
Ini sekedar contoh manipulatif fallacy. Logika yang keliru namun mampu mengubah arah pembicaraan dan memanipulasi lawan bicara.
Pertama, si B mengalihkan materi debat dari pembungkaman ke pembantaian. Dia menciptakan strawman yang membuatnya lebih mudah untuk membangun argumen lanjut. Membuat strawman atau manusia jerami adalah cacat logika pertama.
Kedua, si B melakukan fallacy two wrong make a right. Dengan menyebutkan pembantaian besar - besaran kmer merah, maka korban yang kecil pada peristiwa Mei dianggap wajar karena ada kejadian yang lebih parah.
Ketiga, si B membangun anggapan bahwa kritik terhadapnya sama dengan kritik terhadap bangsa, karena iapun seorang warga negara. Dia melakukan generalisasi yang tidak pas. Itu fallacy ketiga. Hasty generalisation.
Terakhir, berbekal fallacy - fallacy di atas, si B memanipulasi A dengan mengajukan pertanyaan yang menyerang balik moralitas A yang intinya menuduh A mengeluarkan opini yang menganggap bangsa ini adalah bangsa yang bejat. Serangan balik yang dapat dengan mudah dimakan oleh A dan esensi pembungkaman teralihkan, bahkan bisa mengundang kata setuju A untuk pertanyaan retoris yg manipulatif tadi. Multiple fallacious argument. Argumen yang cacat berangkai, tapi kuat dan mampu membalikkan posisi yang diserang ke pihak A jika A tidak waspada.
Dalam suatu debat, fallacy atau cacat logika itu sering digunakan, namun menjadi tidak kentara karena lawan bicara terpancing menjadi difensif oleh pertanyaan balik yang manipulatif. Ini sangat mudah terjadi saat debat lisan. Manipulatif sendiri bisa dikatakan sebagai upaya mencampur aduk antara logika dan rasa, antara nalar dan kepercayaan, tanpa perlu menyebutkannya dalam premis. Kata - kata yang manipulatif bisa membuat orang mengiyakan dan setuju meski nalarnya mengatakan tidak.
Contoh lain kata - kata manipulatif diantaranya :
"Produk ini laris dibeli oleh bapak - bapak yang sayang keluarga".
Kata ini adalah kata penutup manipulatif yang sering terlontar dari seorang salesperson. Terlepas dari amburadulnya cara si sales dalam mempresentasikan produk, ia menutupnya dengan kata manipulatif saat bapak - bapak, calon konsumennya itu mendengarkan bersama dengan istri dan anak - anaknya. Tidak hanya logika, ada rasa yang ikut dilibatkan.
"Orang yang mengaku islam pasti akan mendukung UU pornografi ini."
Ini kata mujarab propaganda UU pornografi yang sifatnya manipulatif. Berusaha mencampur aduk argumen dengan keyakinan agama audiennya. Audien lebih sukar untuk menalar argumen pembicara secara obyektif saat keislamannya ditantang dan dipertanyakan.
Anda punya contoh lain? Ada banyak sekali, dan saya yakin, andapun pernah menggunakannya (atau menjadi obyeknya) meski tanpa sadar.Di sini kita mencoba belajar bagaimana cara berdiskusi dan berdebat dengan baik, belajar untuk tidak terjebak fallacy, belajar untuk tidak mudah dimanipulasi.
O iya, masih ingat pertanyaan si A di atas? Jika anda tidak termanipulasi, jawaban untuk A adalah; Ya. Dalam hal pembungkaman, TNI dalam peristiwa Mei sama dengan kmer merah. Sama - sama berupaya membungkam.
0 komentar:
Post a Comment
Untuk lebih mudah berkomentar, pilih opsi Name/Url. Anda tinggal isi nama saja, plus alamat situs jika anda punya blog/website. Ayo berbagi opini.