Analisa Hasil Pemilu Pilpres 2009

Hasil Quick count maupun perhitungan sementara KPU sudah sangat jelas mengindikasikan kemenangan mutlak SBY atas kedua kandidat lainnya. Menilik apa yang telah dilakukan ketiga kandidat, tentu ada keterkaitan erat antara tindakan dan hasil. Nah, mari kita bahas satu per satu.


SBY - Susilo Bambang Yudhoyono
Sejak awal, elektabilitas SBY sudah tinggi. Jauh di atas kandidat yang lain. Dalam kondisi tersebut, team SBY melaksanakan strategi pencitraan sejak awal. Yang dikedepankan adalah hasil dan sosok seorang SBY. Di banyak iklannya, SBY lebih banyak menampilkan tema - tema yang -kalau boleh dibilang- berita baik. Jika dilihat dari elektabilitas sebelumnya yang memang sudah tinggi, strategi pencitraan dan hasil yang diperoleh ini seakan menjadi jaminan bahwa pilihan rakyat memang sudah tepat. Menjaga awarenes dengan iklan mirip indomie, atau menunjukkan sifat - sifat SBY sebagai seorang panutan adalah cara yang efektif menunjukkan realita, bukan janji. Kampanye yang selaras dengan nilai elektabilitas.

Mega - Megawati Soekarnoputri
Dalam kampanyenya, Mega lebih sering membahas hal - hal negatif. Itu hal yang lumrah mengingat ia seorang oposisi. Namun, cara demikian secara strategi menjadi tidak efektif karena ia adalah mantan presiden yang tidak dipercaya rakyat untuk menjabat lagi. Dalam arti, jika hal - hal yang diungkapkannya benar, pun tidak lantas ia yang akan mendapat limpahan suara dari apa yang ia kemukakan, karena masih ada kandidat lain. Dalam pendapat saya, pemilih megawati jumlahnya cukup banyak, fanatis, namun terkunci. Dalam arti, meski tidak turun, tapi juga sulit untuk bertambah. Perolehan Mega yang lumayan kali ini lebih banyak disumbang oleh Prabowo, sosok yang belum pernah menjadi presiden dan masih terbuka segala kemungkinan. Orang yang belum pernah menjadi presiden tidak punya raport merah seorang presiden.

JK - Jusuf Kalla
Sejak awal, kans JK paling lemah karena ia tidak memiliki pendukung yang solid. Massa Golkar bukan sepenuhnya massa JK, dan membentuk citra sosok seorang presiden tidak bisa dilakukan hanya dalam dua bulan, sementara sebelumnya ia begitu agresif untuk kembali menjadi wakil SBY. Sebuah awal yang sulit. Dalam iklan - iklannya, JK mengusung iklan yang cerdas. Namun sayangnya, iklan JK itu tampil di awal, bukan sebaliknya. Dengan elektabilitas yang masih rendah, awarenes sosok Kalla yang belum lekat di hati rakyat harusnya dikatrol dulu dengan tema iklan yang lebih riuh, lebih catching. Iklan awal yang cocok sebenarnya iklan yang mengangkat awareness dulu, baru diakiri dengan iklan cerdas opini tokoh. JK justru menampilkan iklan yang serba meriah, serba muda di akhir - akhir. Saya rasa ini terbalik. Lebih cepat memang lebih baik, tapi tidak dengan tergesa - gesa. Jk Miss dalam membidik mayoritas audiennya.

Saya bukan penggemar iklan, tapi dari iklan kita bisa banyak belajar bahwa tidak selalu iklan OK secara ide dan estetis memperoleh hasil yang bagus. Pintar tidak pintar bagi seorang pemasar tentu bukan dinilai dari indah tidak indahnya suatu materi iklan, tapi lebih ke keahlian membidik audien dengan berpatokan hasil. Tidak heran iklan yang sekali tayang diulang 3 kali itu ditiru. Bukan indahnya memang yang jadi alasan, tapi hasilnya.
Jika anda tertarik dengan artikel – artikel di blog ini, silahkan berlangganan gratis via RSS Feed, atau jika anda lebih suka berlangganan via email, anda bisa mendaftar di Sini.

5 komentar:

Menarik analysisnya :)
BudiTyas said...
Sering - sering mampir ya :)
Presiden AS said...
salam kenal, Mas

*kembali lihat-lihat isi blog*
BudiTyas said...
Salam kenal juga mas :). Mari silahkan lapak saya dilihat - lihat :D
Anonymous said...
seep................

Post a Comment

Untuk lebih mudah berkomentar, pilih opsi Name/Url. Anda tinggal isi nama saja, plus alamat situs jika anda punya blog/website. Ayo berbagi opini.

 
poside by budityas |n|e